Ditemui di TBM Istana Rumbia, Rabu (24/9), Maria bercerita banyak mengenai perjalanannya mengelola taman bacaan yang kini telah mengoleksi lebih dari 10.000 judul buku itu. Menurut Maria, berdirinya taman rumbia tak dapat dilepaskan dari pengalamannya selama menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI), serta minatnya di bidang literasi, atau tulis menulis. Selain untuk meningkatkan minat baca bagi anak-anak di Desa Lipursari, maupun masyarakat umum dari berbagai wilayah di Kabupaten Wonosobo, Maria mengakui, Istana Rumbia juga menjadi media pelatihan untuk beragam jenis keterampilan. Bagi para wanita mantan TKI, dan ibu-ibu rumah tangga yang memiliki minat dalam bidang tata boga, Maria juga membuka kelas pelatihan tanpa modul. Para peserta yang datang bahkan tak hanya dari lingkup Wonosobo, melainkan sampai ke Cilacap, Madiun dan Tasikmalaya.  Di Istana Rumbia, mereka tak diajak belajar menggunakan modul, melainkan langsung praktek di lapangan selama tiga hari. Alumni pelatihan memasak itu, diakui Maria sudah ada yang kini sukses dengan usahanya.

Bagi anak-anak yang hendak berlatih menulis, Istana Rumbia juga menyediakan waktu dan kelas pelatihan. Namun karena terbatasnya tempat dan peminat yang melebihi kapasitas, Maria mengaku sering terpaksa mendatangi langsung ke rumah anak yang bersangkutan di berbagai wilayah di Wonosobo. Di Istana Rumbia sendiri, anak-anak yang berlatih menulis pun lebih sering diajak ke lapangan. Sambil memancing, jalan-jalan di kebun atau bermain music, mereka diminta menuliskan pengalaman masing-masing. Dengan metode itu, Maria yang juga telah menelurkan 9 judul buku dan novel, serta beberapa kumpulan cerita pendek (cerpen) tersebut, meyakini anak-anak akan lebih terlatih dalam menuangkan imajinasinya. Hal itu, dikatakan Maria juga sesuai dengan slogan Istana Rumbia, yaitu Datang Tersenyum, Pulang Bawa Ilmu.