Butuh Rp 1,15 Triliun untuk Bikin Sabuk Pantai Tanggulangi Rob
Kepada Tribun Jateng, ia menjelaskan panjang lebar mengenai satu di antara konsep menanggulangi rob tersebut. Sabuk pantai adalah bentangan penahan ombak di sepanjang pantai Teluk Semarang yang terbuat dari tanaman.
Ada dua jenis tanaman yang memungkinkan untuk dijadikan sabuk pantai, yakni mangrove dan cemara udang.
Menurut Nelwan, sebelum Teluk Semarang diterjang rob, sepanjang pantai ditumbuhi tanaman mangrove. Kalau saat ini ada keinginan untuk kembali menanami sepanjang Teluk Semarang dengan mangrove atau membuat sabuk pantai, pada dasarnya hanyalah kembali ke alam. Kebutuhan akan sabuk pantai di pesisir Kabupaten Kendal, Kota Semarang, dan Kabupaten Demak adalah prioritas.
Sabuk pantai, seperti konsep penanggulangan rob lainnya, tidak bisa langsung jadi. Membutuhkan waktu sekitar dua tahun hingga tiga tahun untuk merasakan manfaat sabuk pantai dalam menahan gelombang hingga mampu menanggulangi rob. “Ada dua fase teknik untuk membuat sabuk pantai. Hard structure dan soft structure,” jelasnya.
Hard structure, terang Nelwan, adalah menanamkan bis beton ke dasar laut. Sedangkan pondasinya menggunakan bambu. Berdasarkan kajian ilmu Hidro Oceanografi, teknik itu mampu mengikat sedimentasi baru. Menurut Nelwan, berdasarkan hasil model yang telah diujicobakan di Mangunharjo, Semarang Barat, teknik berhasil bisa membuat tanah sedimentasi baru.
Setelah sedimentasi terbentuk, arus laut dan empasan gelombang akan membuat sedimentasi baru di belakang sedimen pada teknik hard structure. “Sedimen di belakang hard structure itulah yang kemudian akan ditanami mangrove. Sejak bis beton ditanam hingga sedimentasi terbentuk dibutuhkan waktu sekitar enam bulan,” ujar Nelwan.
Sedimen yang dibentuk oleh teknik hard structure bertujuan untuk melindungi tananam mangrove. Tanpa adanya itu, tegas Nelwan, mangvore ataupun cemara udang akan hilang tersapu gelombang.
Sebelum bis beton diletakkan di dasar laut, terlebih dahulu dilakukan pengukuran garis pantai awal sebelum terjadinya rob dan abrasi. Di titik itulah bis beton yang nantinya akan membentuk sedimen diletakkan.
Namun sabuk pantai harus melibatkan masyarakat. Lantaran untuk menjaga tunas mangrove yang baru ditanam tidak mungkin jika hanya pemerintah atau pelaksana program semata. “Beberapa waktu lalu ada tangan jahil yang mengambil mangrove yang sudah tumbuh. Penjagaannya harus melibatkan masyarakat sekitar,” sambung pria berkacamata ini.
Setelah mangrove tumbuh, tanaman ini tidak memerlukan biaya perawatan. Cukup dibiarkan saja ia bisa tumbuh dengan sendirinya. Hanya saja, jika sudah tumbuh, jangan ditebang untuk kepentingan sesaat. Kalau itu terjadi, lanjut dia, sama saja mengulangi sejarah hilangnya mangrove di sepanjang pesisir Teluk Semarang.
Mengundang biota laut
Nelwan menilai, sabuk pantai memiliki keunggulan untuk menanggulangi rob. Ketika pesisir Teluk Semarang masih ditumbuhi mangrove, belum ada cerita tentang rob di Semarang. Oleh karenanya, jika mangrove kembali tumbuh di lokasi semula, ia yakin rob tidak akan terjadi di Semarang.
Kembalinya ekosistem pesisir Semarang akan diiringi dengan munculnya kembali biota laut. Di antaranya ikan, udang, dan hasil laut lainnya yang bisa dimanfaatkan penduduk dan nelayan untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
Berdasarkan data yang diperoleh Tribun Jateng dari Ikatan Teknik Sipil (Ikateksi) Undip, dibutuhkan dana sekitar Rp 1,152 triliun untuk membangun sabuk pantai dari Kendal hingga Demak. Rinciannya, untuk sabuk pantai di Kendal dan Demak sepanjang 51,454 kilo meter dibutuhkan dana Rp 811,832 miliar. Sedangkan sabuk pantai di Kota Semarang sepanjang 20,978 kilo meter membutuhkan biaya Rp 330,396 miliar.
Sabuk pantai, kata Nelwan, tidak memerlukan biaya perawatan dan pemeliharaan ketika selesai dibangun. Karena itulah, uang yang dibutuhkan untuk membuat sabuk pantai hanyalah dana yang dikucurkan saat proses pembuatan.
Dalam perbincangan dengan Tribun, Nelwan mengemukakan beberapa keunggulan sabuk pantai. Selain fungsi utamanya sebagai tembok alami pencegah rob, sabuk pantai juga memiliki potensi pengembangan pariwisata pantai, pemanfaatan pertambakan terjamin, meningkatkan produktifitas lahan pesisir, mengurangi penurunan tanah dan lain sebagainya. Namun sekali lagi Nelwan menegaskan, sabuk pantai hanyalah satu di antara sekian solusi holistik untuk mencegah banjir dan rob.
Sumber : TRIBUNJATENG.COM
0 Komentar