Gandeng BKIM Jawa Tengah, Dinas Kesehatan Gelar Operasi Katarak
Selain operasi katarak gratis, BKIM juga membantu pengadaan kacamata gratis bagi siswa SD yang tidak mampu untuk mengurangi angka kesakitan mata sejak dini serta alat bantu dengar. Jika tahun lalu pemberian kacamata dan alat bantu dengar dibagikan di Garung, tahun ini dibagikan di wilayah Kecamatan Leksono. Tercatat ada 44 anak yang menerima bantuan kacamata, sedang alat bantu dengar dibagikan pada 10 masyarakat.
Operasi katarak gratis sendiri, kali ini sama seperti tahun lalu dipusatkan di Kecamatan Sapuran, sebab di puskesmas ini terdapat fasilitas rawat inap bagi pasien, dan khusus masyarakat yang habis dioperasi katarak harus tinggal dulu di Puskesmas Sapuran untuk dilakukan pengecekan kesehatan mata mereka.
Hal ini merupakan tindak lanjut perawatan pasca operasi, dan Puskesmas rawat Inap Sapuran siap untuk mendampingi para pasien. Selama dua hari, para peserta operasi masal itu akan dirawat inap, dan diberikan sosialisasi terkait pola hidup yang mesti dilakukan setelah operasi. Demi kesembuhan mereka, selama satu minggu pasca operasi, mereka tidak diperbolehkan membasuh mata dengan air, mengangkat beban berat, hingga menghindari batuk dan mengejan. Paling cepat, satu minggu pasca operasi, pasien baru bisa melakukan aktivitas normal dengan mata yang sudah lebih sehat.
Oki juga berharap, operasi gratis Katarak tersebut dapat dilaksanakan lebih sering agar para penderita katarak di Kabupaten Wonosobo semakin berkurang, sebab dari hitung-hitungan penderita katarak yang bisa dilayani oleh BKIM, Wonosobo baru bisa bebas dari penyakit katarak ini setelah 120 tahun.
Untuk itu, ia berharap agar masyarakat yang terdaftar dalam BPJS Kesehatan bisa langsung ke RSUD Krt.Setjonegoro untuk mendapat layanan operasi katarak gratis tanpa harus menunggu acara seperti ini. Selain itu ia meminta kepada jajarannya serta pihak terkait untuk mengembangkan kerjasama, tidak hanya dengan BKIM saja tapi dengan lembaga-lembaga donor lain yang peduli dengan kesehatan masyarakat seperti dengan Lion’s Club, Persatuan Dokter Mata Indonesia atau organisasi sosial kemasyarakatan lainnya.
Kepala Puskesmas Sapuran, dr Priyo Hadi, menambahkan, kegiatan ini merupakan rangkaian peringatan HUT RI ke 69 dan Hari Jadi Wonosobo ke 189, selain tentunya sebagai bentuk kepedulian Pemerintah untuk membantu penderita katarak yang tidak mampu di wilayah Wonosobo.
Sebenarnya, operasi katarak gratis ini banjir peminat. Hal ini tidak lepas dari publikasi yang dilakukan pihaknya dengan menggandeng beberapa radio di Wonosobo untuk mengajak masyarakat tidak mampu mengikuti kegiatan ini. Tercatat, sampai hari H pelaksanaan sebanyak 80 penderita katarak dari berbagai wilayah di Kabupaten Wonosobo, mendaftarkan diri. Sayang, adanya batas kuota dari BKIM, serta hasil screening kualifikasi yang ditetapkan membuat 37 penderita belum dapat dioperasi.
Dibatasinya kuota jumlah peserta operasi, karena adanya keterbatasan tenaga medis dan alat dari BKIM. Untuk pelaksanaan operasi gratis bagi kaum dhuafa tersebut, hanya 2 dokter spesialis mata dan 3 paramedis serta dua alat operasi yang dikirim oleh BKIM. Hal itu juga berlaku bagi Kabupaten/Kota lain di Jawa Tengah. Bahkan Priyo juga menerangkan, sebenarnya BKIM hanya mengalokasikan 30 penderita untuk dioperasi. Namun, karena adanya limpahan sisa kuota dari Kabupaten / Kota lain, maka jumlahnya dapat ditambah menjadi 43 orang.
Selain faktor keterbatasan tenaga dan alat, operasi katarak juga memerlukan kondisi fisik yang harus memenuhi standar kesehatan tertentu. Priyo menguraikan bahwa dari hasil screening para pendaftar, banyak yang tidak memenuhi persyaratan untuk dilakukan tindakan operasi. Beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk operasi, antara lain tekanan darah dan kadar gula dalam darah yang tidak boleh melebihi batas normal. Selain penderita juga harus terbebas dari penyakit yang berpotensi resiko pasca operasi dan tensi darah mereka maksimal 170.
Prioritas lain bagi penderita operasi katarak ini adalah mereka yang visus atau lapang pandangnya antara sepertigaratus sampai tak terhingga, sehingga mereka hanya bisa melihat cahaya terang dan gelap saja serta batas melihat bayangan orang maksimal 1 meter. Jika hal ini dibiarkan mereka akan segera mengalami kebutaan permanen.
Priyo menambahkan, di Wonosobo sendiri, kebanyakan penderita katarak adalah jenis katarak xenile atau katarak yang disebabkan oleh faktor usia, efek dari hipertensi dan diabetes mellitus serta sering terpapar sinar matahari secara langsung.
Salah satu peserta, Slamet Marufi (70) asal Desa Sedayu mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Pemerintah yang peduli terhadap kesehatan mata masyarakat, khususnya mereka yang tidak mampu. Slamet sendiri, kali ini merupakan operasi katarak yang kedua kalinya. Sebelumnya dua tahun yang lalu, ia melakukannya di Puskesmas Kaliwiro di ajang serupa. Hasilnya mata sebelah kanan sudah bisa normal, tinggal mata sebelah kiri. Ia berharap setelah operasi ini kedua matanya pulih, dan ia bisa beraktifitas normal kembali seperti sedia kala. Slamet juga berharap, peserta operasi katarak gratis bisa bertambah, mengingat di desanya saja banyak penderita katarak yang tidak mampu dan butuh segera ditangani.
0 Komentar