Gunung Slamet Meletus Lagi
Menurutnya, dentuman pertama yang disertai kepulan asap kelabu tebal, terjadi sekitar pukul 09.58. Dentuman tersebut kemudian diikuti dengan dentuman-dentuman selanjutnya.
Suara dentuman tersebut terdengar hingga Kota Purwokerto yang berjarak sekitar 17 km dari puncak Slamet. Alfin, warga Karangwangkal Kecamatan Purwokerto Utara, mencatat hingga pukul 11.30 sudah terdengar paling tidak 4 kali dentuman keras.
"Bahkan beberapa dentuman tersebut, juga menggetarkan kaca jendela," jelasnya.
Selain itu juga dilaporkan terjadinya hujan abu dan pasir di wilayah utara Kabupaten Banyumas. Hujan abu dan pasir, antara lain terjadi di Desa Keniten, Kapipagu dan Melung Kecamatan Kedungbanteng.
"Desa Keniten hujan pasir tipis, mas," kata Yudi Setiadi (35), warga setempat.
Surono: Hindari Radius 4 Kilometer dari Puncak Gunung Slamet
PURWOKERTO-- Gunung Slamet yang meliputi kawasan Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes, Jawa Tengah, kembali mengalami erupsi, kata Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono.
"Telah terjadi erupsi atau letusan Gunung Slamet pada pukul 10.37 WIB dengan tinggi letusan 10.00 meter dari puncak, letusan berikutnya 10.47 WIB," katanya saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu (17/9).
Ia mengatakan bahwa erupsi atau letusan tetap dapat terjadi sebagai aktivitas Gunung Slamet. Gunung tersebut dalam empat hari terakhir cenderung menurun dan tidak terekam adanya gempa tremor. Menurut dia, hal itu disebabkan status Gunung Slamet masih "Siaga".
Terkait hal itu, Surono mengimbau masyarakat sekitar agar tidak beraktivitas dalam radius 4 kilometer dari puncak Gunung Slamet. "Di luar radius tersebut, masyarakat aman dan dapat beraktivitas seperti biasa," katanya.
Sementara itu, warga Dusun IV Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, Banyumas sempat panik saat letusan Gunung Slamet kembali terdengar. "Suara letusannya sangat keras. Bahkan, getarannya cukup kuat," kata Kepala Dusun IV Wasirun.
Dia mengaku menerima pesan singkat dari sejumlah warga yang mempertanyakan kondisi Gunung Slamet yang kembali menggeliat setelah sempat tenang dalam beberapa hari terakhir. Salah seorang warga Desa Melung, Kecamatan Kedungbanteng, Banyumas, Budi Satrio mengatakan bahwa suara letusan itu terdengar berulang kali.
"Bahkan, setelah letusan kedua, terjadi hujan pasir tapi cuma sebentar, sekitar dua hingga tiga menit. Suara pasir yang berjatuhan di atap sangat keras," katanya.
Kepulan Abu Tebal Sampai Setinggi 1 Km
PURWOKERTO-- Kembalinya aktivitas Gunung Slamet, cukup mengejutkan warga. Sebelumnya, warga mengira Gunung Slamet sudah kembali tertidur untuk jangka waktu yang cukup lama. Namun baru empat hari tidak menunjukkan aktivitas apa pun, Gunung Slamet kembali meletus.
''Selama 4 hari, sejak Sabtu (13/9), aktivitas Gunung Slamet memang seperti terlelap. Tidak tercatat aktivitas apa pun. Sepanjang empat hari itu, hanya terjadi beberapa kali hembusan asap putih tipis dengan ketinggian maksimal 50 meter,'' jelas Koordinator Pos Pengamatan Gunung Slamet, Sudrajat, Rabu (17/9).
Aktivitas Gunung Slamet, sebelumnya mengalami kenaikan status Siaga (level 3), pada 12 Agustus 2014 lalu. Sejak itu, Gunung Slamet dengan tipe letusan stromboli secara periodik melontarkan lava pijar dan letusan asap kelabu, disertai suara dentuman, gemuruh dan gempa tremor yang terus menerus.
Puncak dari aktivitas Slamet selama periode itu, terjadi pada Kamis (11/9) dan Jumat (12/9). Pada Kamis (11/9), suara dentuman dari Gunung Slamet terdengar keras, bahkan hingga wilayah DAS Serayu Kabupaten Banyumas, yang berjarak lebih dari 25 km dari puncak. Kemudian pada Jumat (12/9), frekwensi dentuman mulai menurun, meski pun masih beberapa kali terdengar.
Yang tidak diketahui penyebabnya, mulai Sabtu (13/9) hingga Selasa (17/9), Gunung Slamet seperti tiba-tiba tertidur. Hasil rekaman seismograf yang terpasang di pos pengamatan Gunung Slamet Desa Gambuhan Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang, mencatat aktivitas gempa vulkanik yang benar-benar nihil. Jarum seismograf bergerak lurus di kertas catatan, yang menunjukkan tidak adanya aktivitas sama sekali.
Demikian juga kepulan asap yang terjadi puncak Slamet. Petugas hanya mencatat terjadi tiga kali kepulan asap putih tipis, dengan ketinggian maksimal 50 meter. Untuk itu, suara dentuman yang beberapa kali kembali terdengar warga Kota Purwokerto pada Rabu (17/9) ini, membuat warga Kota Purwokerto merasa cemas.
Gunung Slamet Kejutkan Warga
PURWOKERTO--Kembalinya aktivitas Gunung Slamet, cukup mengejutkan warga sekitarnya.
''Selama empat hari, sejak Sabtu (13/9), aktivitas Gunung Slamet memang seperti terlelap. Tidak tercatat aktivitas apa pun. Sepanjang empat hari itu, hanya terjadi beberapa kali hembusan asap putih tipis dengan ketinggian maksimal 50 meter,'' jelas Koordinator Pos Pengamatan Gunung Slamet, Sudrajat, Rabu (17/9).
Aktivitas Gunung Slamet, sebelumnya mengalami kenaikan status Siaga (level 3), pada 12 Agustus 2014 lalu. Sejak itu, Gunung Slamet dengan tipe letusan stromboli secara periodik melontarkan lava pijar dan letusan asap kelabu, disertai suara dentuman, gemuruh dan gempa tremor yang terus menerus.
Puncak dari aktivitas Slamet selama periode itu, terjadi pada Kamis (11/9) dan Jumat (12/9). Pada Kamis (11/9), suara dentuman dari Gunung Slamet terdengar keras, bahkan hingga wilayah DAS Serayu Kabupaten Banyumas, yang berjarak lebih dari 25 km dari puncak. Kemudian pada Jumat (12/9), frekuensi dentuman mulai menurun, meski pun masih beberapa kali terdengar.
Yang tidak diketahui penyebabnya, mulai Sabtu (13/9) hingga Selasa (17/9), Gunung Slamet seperti tiba-tiba tertidur. Petugas hanya mencatat terjadi tiga kali kepulan asap putih tipis, dengan ketinggian maksimal 50 meter.
Untuk itu, suara dentuman yang beberapa kali kembali terdengar warga Kota Purwokerto pada Rabu (17/9) ini, membuat warga Kota Purwokerto merasa cemas.
''Ini kenapa Gunung Slamet? Sudah adem kok sekarang meletus lagi?,'' kata Atik, warga Perumahan Purwosari Kecamatan Purwokerto Utara.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Surono, dalam pesan singkatnya mengatakan, Gunung Slamet memang kembali mengalami erupsi. Letusan antara lain terjadi pada pukul 10.37 WIB dan pukul 10.47 WIB.
''Letusan disertai dengan dentuman, dengan kepulan asap kelabu tebal setinggi 1.000 meter dari puncak,'' katanya.
Terjadi 8 Kali Letusan di Gunung Slamet dalam 8 Jam Terakhir
PURWOKERTO-- Setelah tidur selama 4 hari, Gunung Slamet langsung menunjukkan aktivitas yang tinggi. Data dari pos pengamatan Gunung Slamet di Desa Gambuhan Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang, selama enam jam sejak pukul 06.00 hingga pukul 12.00 WIB, Rabu (17/9), gunung tertinggi di Jawa Tengah tersebut mengalami 8 kali erupsi.
''Letusan disertai kepulan asap berwarna kelabu tebal kehitaman dengan ketinggian 500-1.000 meter dari puncak,'' jelas koordinator pos pengamatan Gunung Slamet, Sudrajat. Dengan arah hembusan angin ke selatan, dia memperkirakan desa-desa di kaki Gunung Slamet wilayah Kabupaten Banyumas, akan tersiram abu dan pasir vulkanik.
Menurutnya, aktivitas Slamet ini disertai dengan 51 gempa hembusan dengan amplitudo 2-20 mm, dan 8 kali gempa letusan dengan amplitudo 50-85 mm. Selain itu, pos pengamatan juga mencatat 2 kali gempa tremor harmonik dengan amplitudo 5-12 mm.
''Meski menunjukkan aktivitas lagi, status Gunung Slamet masih Siaga. Areal berbahaya bagi aktivitas warga masih di radius 4 km dari puncak,'' jelasnya.
Gunung Slamet Keluarkan Kepulan Abu Tebal Setinggi 1 Km
PURWOKERTO -- Setelah sempat 'tertidur' selama empat hari terakhir, pada Rabu (17/9) hari ini, aktivitas vulkanik Gunung Slamet di Jawa Tengah kembali terjadi. Warga sekitar pun terkejut saat mendengar suara letusan gunung tertinggi di Jawa Tengah itu.
''Selama 4 hari, sejak Sabtu (13/9), aktivitas Gunung Slamet memang seperti terlelap. Tidak tercatat aktivitas apa pun. Sepanjang empat hari itu, hanya terjadi beberapa kali hembusan asap putih tipis dengan ketinggian maksimal 50 meter,'' kata Koordinator Pos Pengamatan Gunung Slamet, Sudrajat, Rabu (17/9).
Aktivitas Gunung Slamet, sebelumnya mengalami kenaikan status Siaga (level 3), pada 12 Agustus 2014 lalu. Sejak itu, Gunung Slamet dengan tipe letusan stromboli secara periodik melontarkan lava pijar dan letusan asap kelabu, disertai suara dentuman, gemuruh dan gempa tremor yang terus menerus.
Puncak dari aktivitas Slamet selama periode itu, terjadi pada Kamis (11/9) dan Jumat (12/9). Pada Kamis pekan lalu, suara dentuman dari Gunung Slamet terdengar keras, bahkan hingga wilayah DAS Serayu Kabupaten Banyumas, yang berjarak lebih dari 25 km dari puncak.
Kemudian pada Jumat pekan lalu, frekwensi dentuman mulai menurun, meski pun masih beberapa kali terdengar. Setelah itu, pada Sabtu (13/9) hingga Selasa (17/9) kemarin, Gunung Slamet seperti tiba-tiba tertidur.
Hasil rekaman seismograf yang terpasang di pos pengamatan Gunung Slamet Desa Gambuhan Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang, mencatat aktivitas gempa vulkanik yang benar-benar nihil. Jarum seismograf bergerak lurus di kertas catatan, yang menunjukkan tidak adanya aktivitas sama sekali.
Demikian juga kepulan asap yang terjadi puncak Slamet. Petugas hanya mencatat terjadi tiga kali kepulan asap putih tipis, dengan ketinggian maksimal 50 meter. Untuk itu, suara dentuman yang beberapa kali kembali terdengar warga Kota Purwokerto pada Rabu (17/9) ini, membuat warga Kota Purwokerto merasa cemas.
"Ini kenapa Gunung Slamet? Sudah adem kok sekarang meletus lagi?,'' kata Ny Atik (52), warga Perumahan Purwosari Kecamatan Purwokerto Utara.
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Surono, dalam pesan singkatnya mengatakan Gunung Slamet memang kembali mengalami erupsi. Letusan antara lain terjadi pada pukul 10:37 WIB dan pukul 10:47 WIB.
''Letusan disertai dengan dentuman, dengan kepulan asap kelabu tebal setinggi 1.000 meter dari puncak,'' katanya.
Meski demikian, dia meminta masyarakat tetap diminta tenang. Status Gunung Slamet, sejauh ini tetap Siaga dan areal berbahaya masih di radius 4 kilometer dari puncak. ''Di luar radius tersebut, masyarakat aman-aman dan dapat beraktivitas seperti biasa,'' katanya.
Warga Dilarang Beraktivitas di Radius 4 Kilometer dari Puncak Slamet
SEMARANG -- Setelah sempat menurun dalam beberapa hari, aktivitas vulkanis gunung Slamet kembali menunjukkan peningkatan, sepanjang Rabu (17/9) pagi.
Berdasarkan pantauan dari Pos Pengamatan Gunung Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, tercatat enam kali dentuman dan hembusan material vulkanis dari kawah.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Slamet Gambuhan, Sudrajat, mengatakan, pada periode pukul 06.00 hingga pukul 12.00 WIB tercatat terjadi empat kali dentuman.
“Sedangkan erupsi lava pijar disertai material terekam dua kali, pada pukul 10.30 WIB dan pukul 10.50 WIB,” ujarnya melalui sambungan telepon.
Ia menambahkan, aktivitas vulkanik dan kegempaan memang meningkat, sejak pagi hari. Hingga saat ini status Gunung Slamet masih tetap Siaga (Level III).
Hingga pukul 12.00 WIB, erupsi abu warna hitam kelabu tebal terpantau sebanyak delapan kali, dengan ketinggian 500 meter hingga 1.000 meter dari puncak.
Dari sisi kegempaan, terekam 51 kali gempa hembusan dengan kekuatan amplitudo 2-20 mm. Selain itu juga terekam delapan kali gempa letusan berkekuatan 50-85 mm.
Demikian pula terpantau dua kali gempa thremor harmonik dengan kekuatan 12-22 mm.
“Terkait meningkatnya kembali aktivitas ini, warga dilarang beraktivitas dalam radius empat kilometer dari puncak gunung Slamet,” tambah Sudrajat.
Sementara itu, Palang Merah Indonesia (PMI) menyerahkan perlengkapan bayi untuk lima kabupaten terdamak bencana gunung Slamet.
Ke lima daerah ini meliputi Kabupaten Pemalang, Tegal, Brebes, Banyumas dan Kabupaten Purbalingga.
Bantuan sebanyak 5 ribu paket perlengkapan bayi ini diserahkan pada HUT PMI ke-69 tingkat nasional, yang dipusatkan di Komplek Pusat Pendidikan dan Latihan PMI Jawa Tengah.
BMKG: Jangan Percayai Isu Gempa 8 SR di Gunung Slamet
PURWOKERTO -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk tidak mempercayai isu tentang gempa berkekuatan 8 Skala Richter yang akan mengguncang Gunung Slamet, Jawa Tengah.
"Gempa itu tidak dapat diprediksi kapan terjadinya maupun berapa besar kekuatannya. Oleh karena itu, masyarakat jangan percaya terhadap isu gempa 8 SR yang akan mengguncang Gunung Slamet," kata Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meteorologi BMKG Cilacap Teguh Wardoyo saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Rabu (17/9) malam.
Teguh mengatakan hal itu terkait beredarnya pesan "broadcast" melalui "Blackberry Messenger" yang menyebutkan jika akan terjadi gempa 8 Skala Richter (SR) di Gunung Slamet yang meliputi Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes.
Menurut dia, BMKG tidak pernah merilis informasi mengenai gempa tersebut. "Apalagi gempa tersebut terkait aktivitas vulkanik Gunung Slamet yang saat ini berstatus 'Siaga'. Gempa-gempa vulkanik lebih banyak dirilis oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)," katanya.
Akan tetapi, kata dia, gempa-gempa vulkanik yang dirilis PVMBG jarang disebutkan kekuatannya. "Biasanya hanya disebutkan jumlahnya saja. Misalnya, gempa vulkanik dalam berapa kali," jelasnya.
Koordinator Wilayah III "Search and Rescue" Daerah Jateng Rudi Setiawan mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpancing oleh berbagai isu tentang Gunung Slamet. "Kalau butuh informasi, silakan hubungi posko agar mendapatkan informasi yang resmi," katanya.
Terkait kabar mengenai terjadinya kebakaran hutan, dia mengatakan bahwa kebakaran tersebut masih sebatas daerah padang savana, belum menjangkau wilayah vegetasi. Selain itu, kata dia, kebakaran tersebut hanya spot-spot kecil.
Sumber : REPUBLIKA.CO.ID
0 Komentar