Kuliah Maksimal 5 Tahun Tidak Bisa Ditawar

 

Dia mengatakan pertimbangan pertama adalah rata-rata kemampuan mahasiswa menuntaskan kuliah sarjana. "Menteri asal Surabaya itu menuturkan, saat ini rata-rata mahasiswa menuntaskan program sarjana selama 4,5 tahu. Dengan demikian, saat masa kuliah S1 dibatasi maksimal 5 tahun, tidak menjadi persoalan besar.

Nuh bahkan mengatakan, dari hitung-hitungan beban SKS, masa kuliah S1 bisa diselesaikan selama 3,5 tahun atau tujuh semester. Khusus untuk mahasiswa yang masa kuliahnya hingga 7 tahun atau lebih, diminta konsentrasi menuntaskan kuliah.

Pertimbangan kedua mengeluarkan kebijakan ini adalah, mengurangi beban uang kuliah. Nuh menuturkan, untuk jurusan teknik biaya kuliah rata-rata Rp 25 juta per tahun. Meskipun ada bantuan operasional oleh Kemendikbud, uang kuliah relatif masih tinggi."

"Kalau cepat menyelesaikan kuliah, beban biaya itu tidak terlalu tinggi," katanya. Nuh berharap mahasiswa juga menyadari bahwa biaya kuliah semakin besar jika kuliahnya tidak lulus-lulus.

Pertimbangan yang ketiga adalah, keberadaan kursi atau kuota kuliah untuk mahasiswa baru. Kemendikbud memperkirakan jumlah mahasiswa yang kuliahnya lebih dari enam tahun tidak sedikit. Padahal, kursi yang mereka duduki sangat penting untuk diisi mahasiswa baru.

Nuh menjelaskan, jika arus keluar mahasiswa di perguruan tinggi tepat waktu atau lancar, kapasitas atau daya tampung untuk diisi mahasiswa baru lebih besar. Saat ini setiap tahun ada satu juta lebih calon mahasiswa yang berebut masuk PTN. Ketika kuota mahasiswa baru bertambah besar, tingkat perbuatannya tidak terlalu timpang.

Dari tiga pertimbangan tadi, Nuh berharap mahasiswa tidak terlalu responsif hingga demo anarkis. Intinya, Nuh mengatakan aturan baru pembatasan lama kuliah sarjana ini masih dalam kewajaran. "Saya yakin mahasiswa bisa mengejarnya," pungkas Nuh. 

 

Sumber : jpnn.com

0 Komentar

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan tanda *