Memahami Karakter "Baru" Gunung Merapi Pasca Erupsi 2010

 

"Pada 18 November 2013 kembali terjadi embusan atau berjarak enam bulan dari embusan sebelumnya. Terjadi embusan kembali terjadi pada 10 Maret 2014 dan 27 Maret 2014. Embusan terulang pada Minggu 20 April kemarin," urai Kepala bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Magelang, Joko Sudibyo, Selasa (22/4/2014). 

Menurut Joko, percepatan interval embusan ini terjadi karena posisi magma semakin dekat dengan perut Merapi. Meski belum sampai dapur magma Merapi, namun pergerakan magma tersebut terus terjadi sehingga makin mendekat.  Pergerakan magma itu yang kemudian menghasilkan gas. 

Joko melanjutkan, embusan juga bisa dipicu karena adanya faktor lain, seperti gempa tektonik. Kendati demikian, pihaknya belum dapat memastikan karena perlu kajian dan penelitian lebih dalam dengan para pakar kegunungapian. 

"Penting untuk mempelajari dan memahami karakter baru Gunung Merapi ini. Makanya perlu sinergi antara para pengamat kegunungapian maupun kalangan relawan dan masyarakat," ujar Joko. 

Joko berujar, pihak Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) kini tengah melakukan penelitian terhadap sampel lava pijar yang terlontar bersamaan dengan erupsi kecil yang terjadi Minggu lalu. 

Penelitian tersebut, kata Joko, untuk mengetahui apakan lava itu merupakan sisa material 2010 ataukah berasal dari magma baru. 

"Kalau magma baru artinya mengindikasikan ada pergerakan magma dan posisinya semakin dekat dengan gapur magma Merapi. Ini harus dipahami masyarakat sekitar Merapi, karena bisa jadi dalam status Normal, Merapi mengeluarkan embusan yang membahayakan," kata Joko. 

 

Sumber : KOMPAS.com 

0 Komentar

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan tanda *