Menyelamatkan Tradisi dan Budaya, Tiga Pemangku Diminta Bisa Nduduk Lan Ndudah

 

Pentingnya menggali dan menyelamatkan tradisi bangsa tersebut dikemukakan Widiyartono R dari Dewan Kesenian Daerah Provinsi Jawa Tengah, ketika memberikan materi paparan dalam acara Sarasehan 3 Pemangku Budaya di Gedung Korpri Wonosobo, Rabu 29 Oktober 2014. Kepada para peserta sarasehan dari persatuan pedalangan Indonesia (Pepadi), persatuan masyarakat budaya Indonesia (Permadani), dan himpunan penghayat kepercayaan kepada Tuhan YME (HPK), Widi juga menegaskan, bahwa demi menyelamatkan tradisi dan budaya luhur bangsa, perhatian pemerintah mutlak diperlukan. Selain kewajiban merawat, merevitalisasi dan memelihara tradisi, pemerintah dinilainya harus turut memberikan penyadaran kepada masyarakat tentang pentingnya penyelamatan tradisi dan budaya bangsa yang tiada ternilai. Dengan tegas, Widi mengatakan, bahwa menyelamatkan tradisi dan budaya berarti menyelamatkan bangsa, karena di dalamnya terkandung filosofi dan ideologi bangsa yang sudah ada sejak jaman nenek moyang.

Paparan Widiyartono tersebut selaras dengan harapan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Drs Sigit Sukarsana MSi. Menurut Sigit, penyelanggaraan sarasehan dengan menghadirkan tiga pemangku budaya tersebut, juga merupakan salah satu wujud upaya Pemkab Wonosobo untuk menjembatani pihak-pihak terkait agar saling bertemu dan bertukar pikiran mengenai hal-hal penting menyangkut eksistensi tradisi dan budaya. Sigit berharap media sarasehan juga bisa menjadi sarana untuk para peserta menyampaikan keluhan maupun permasalahan terkait kebijakan pemerintah dalam memelihara tradisi. Dengan demikian, akan ada sinergi dan kemitraan yang kuat antara Pemerintah dengan para Pemangku budaya, demi kelestarian nlai tradisi dan budaya, sebagai kekuatan pembangunan nasional.

Ketiga pemangku budaya juga diharapkan untuk dapat lebih peka terhadap hal-hal penting terkait semakin menurunnya pemahaman generasi muda terhadap tradisi dan budaya. Ketidak pahaman anak-anak muda dengan bahasa jawa yang baik, unggah-ungguh atau tata krama, hingga lepasnya nilai-nilai keluhuran khas warisan nenek moyang perlu diperhatikan secara serius. Sigit mengungkap pentingnya para pemangku budaya, baik permadani, HPK, maupun Pepadi untuk bisa “ndudak lan nduduh” tradisi dan budaya jawa yang sudah luntur ditelan arus globalisasi. Pemangku budaya di Kabupaten Wonosobo juga diharapkan untuk bisa berperan sebagai motor dan leader di barisan terdepan, berkontribusi agar tradisi dan budaya dapat dikenali kembali oleh masyarakat, khususnya generasi muda.

 

 

0 Komentar

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan tanda *