Opera Simfoni Negeri Di Atas Awan Berlangsung Meriah, Duta Seni UNESCO Dibuat Terkesan
Selama sekitar 60 menit, masyarakat dibuat terpukau dengan tata cahaya dan panggung yang megah, dikolaborasi iringan musik orkestra yang dipadu dengan gamelan tradisional dan grup band oleh 90 personil kelompok orchestra “Waunaseba” dalam balutan harmonisasi gerak tari, musik dan lagu oleh sekitar 300 pelaku seni Wonosobo dalam sendratari kolosal, hasil visualisasi buku Dieng Poros Dunia, karya Otto Sukatno dan Bupati Wonosobo, Kholiq Arif dan buku Sejarah Wonosobo.
Kemeriahan bertambah saat bintang tamu, artis Yoda Idol, tampil membawakan 2 lagu yang bertemakan simfoni dan negeri di atas awan. Finalis ajang pencarian bakat, Indonesian Idol tahun 2012 bernama lengkap Prattyoda Bhayangkara asal Kebumen ini membawakan lagu Simphony yang Indah karya Robby Lea dan Negeri di Atas Awan karya Katon Bhagaskara. Konon karya lagu Negeri di Atas Awan sendiri diciptakan Katon, terinsipirasi oleh kehidupan masyarakat di dataran tinggi Dieng.
Tidak berhenti sampai disitu, penonton dibuat terkejut dengan munculnya Bupati Wonosobo, Kholiq Arif, yang ikut tampil memerankan salah satu tokoh dalam opera kolosal yang menceritakan sejarah awal Dieng di jaman Hindu-Budha, Raja Gupsta Calukya.
Sekitar 5 menit, Kholiq tampil memerankan raja asal India Barat yang melakukan babad alas di Tanah Jawa untuk membuka peradaban baru di tanah jawa, yang dilanjutkan dengan melantik Raja Sanna sebagai raja Kerajaan Hindu di Jawa yang bernama Dinasti Sanjaya.
Meriahnya pentas, yang dihadiri oleh Bupati Banjarnegara, Wakil Bupati Wonosobo, pejabat dari Provinsi Jawa Tengah, pejabat 4 Kabupaten/Kota sekitar Wonosobo, FORKOMPINDA, Pimpinan SKPD beserta Camat se Wonosobo, ikut memukau Duta Seni UNESCO untuk Indonesia, Alexander Melborne.
Alex, dalam Bahasa Inggris, sesaat setelah pentas usai, menyampaikan terkesan dengan kemeriahan gelaran dan tingginya antusias penonton, meski pentas digelar di tengah suhu dingin Dieng, sekitar 15 derajad celcius.
Hal ini menjadikannya berminat untuk kembali singgah ke Wonosobo, beserta timnya, untuk bisa melihat dengan detail berbagai adat kebudayaan di Wonosobo, termasuk sajarah peradaban di dataran tinggi Dieng, yang menurutnya punya nilai historis tinggi dan ikut menentukan peradaban, tidak hanya Indonesia dan Asia Tenggara saja tapi dunia.
Sebelumnya Bupati Wonosobo, Kholiq Arif menyampaikan pentas ini digelar untuk menumbuhkembangkan rasa memiliki terhadap nilai sejarah Wonosobo pada zaman Hindu-Budha sekitar abad ke 3-4 M sekaligus sebagai sarana untuk edukasi dan hiburan, baik untuk masyarakat kabupaten Wonosobo, wisatawan dalam negeri maupun manca negara.
Bupati melihat gelaran ini menjadi satu langkah konkret untuk mempromosikan dan menginformasikan keberadaan serta perkembangan karya seni yang diadaptasi dari nilai sejarah, budaya dan kepariwisataan yang ada di Kabupaten Wonosobo.
Opera yang disutradarai oleh Waket Prasudi Puger ini sendiri bercerita tentang Dataran Tinggi Dieng, yang sejak awal abad pertama Masehi telah menjadi perhatian dunia. Bahkan dalam konteks sejarah peradaban Jawa, Dieng tempat pertama dan utama yang menyita perhatian dunia.
Dieng menjadi sebuah sistem peradaban yang besar. Sekaligus tonggak berdirinya Wangsa Mataram Kuno, yakni Sanjaya dan Syailendra, yang mencapai puncaknya pada abad 8-9 M. Dataran Tinggi Dieng disebut-sebut sebagai bangunan candi yang paling awal di Jawa. Selain itu candi-candi di Dieng masih memiliki keterkaitan kuat dengan gaya Gupta dan Calukya di India.
Dataran Tinggi Dieng dibangun dari abad VIII sampai abad XIV M, yakni sejak awal kejayaan Mataram Kuno sampai masa keemasan Majapahit. Artinya periode waktu sejarah yang cukup panjang itu, memberi bukti, masa keemasan Peradaban Dieng adalah perdaban yang besar dan berpengaruh, sehingga peradaban Dieng dapat dianggap sebagai monumen otentik kebesaran peradaban nenek moyang pada masa Jawa Kuno.
Dijelaskan produser opera, Agus Wibowo, pementasan Simfoni Negeri di Atas Awan sengaja digelar untuk menunjukkan pada dunia Internasional bahwa Wonosobo memiliki potensi luar biasa. Harapannya, dengan misi dari Wonosobo oleh Wonosobo untuk Dunia, pagelaran yang melibatkan 22 koregrafer dan pelatih tari serta orkestra musik hasil aransemen arranger Wonosobo Heri Pujianto ini, akan mampu membuka mata dunia, sehingga semakin antusias untuk berkunjung ke Wonosobo.
0 Komentar