Pemerintah Bentuk Konsorsium Pengembang Sel Punca

 

Menkes Nafsiah mengatakan, pengembangan teknologi dan pelayanan sel punca di Indonesia sudah dimulai sejak enam tahun lalu. "Tetapi belum terorganisir dengan rapi," katanya.

Sejauh ini, lanjutnya, pemerintah, komunitas, akademisi, dan industri masih berjalan sendiri-sendiri. Menurut Nafsiah, seluruh komponen tadi harus bersinergi untuk pengembangan teknologi pemanfaatan sel punca. Dia menuturkan sel punca diharapkan menjadi aktor utama dalam pengobatan degeneratif seperti, Parkinson, Alzheimer, stroke, serta penyakit lain yang mengakibatkan kerusakan sel dan jaringan.

Nafsiah juga menjelaskan bahwa pemanfatan pengobatan dengan teknologi berbasis sel punca ini bisa dipakai untuk anak-anak. Dia mengatakan di RSCM ada anak kecil yang terkena polio. Salah satu kakinya mengecil sehingga tidak bisa berjalan. "Setelah menjalani pengobatan sel punca, dia kini sudah bisa bermain sepak bola," kata Nafsiah.

Merujuk dari pengalaman-pengalaman penggunaan teknologi sel punca ini, Nafsiah semakin bersemangat untuk mengembangkannya. Harapannya teknologi pemanfaatan sel punca bisa dirasakan semua masyarakat di Indonesia.

Nafsiah mengatakan selama ini teknolgi sel punca masih mengandalkan impor dari luar negeri. Untuk itu dia mengatakan harus ada pengawasan yang ketat. Sehingga tidak ada kasus penipuan teknologi pengobatan berbasis sel punca.

Menteri BUMN Dahlan Iskan juga tampak antusias dengan penataan ulang pengembangan sel punca ini. Sebab, Dahlan merasakan sendiri manfaat dari pengobatan berbasis pemanfaatan sel punca.

Di antara penanganan medis berbasis sel punca yang dilakukan Dahlan adalah implan gigi. "Saya tidak melakukan pengobatan sel punca ini di Jerman. Tetapi di Surabaya," tegas Dahlan disambut tepuk tangan riuh peserta pertemuan.

 

Sumber : jpnn.com

0 Komentar

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan tanda *