Perkuat Kolaborasi Penanganan Sampah, Wonosobo Terima Audiensi Kementerian Lingkungan Hidup

Pemerintah Kabupaten Wonosobo mendapatkan dukungan penuh dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dalam pengelolaan sampah dan pembinaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Dukungan ini disampaikan langsung Plt. Direktur Pengelolaan Limbah B3 dan Non-B3 KLH, Farid Mohammad, dalam audiensi bersama Bupati Wonosobo di Ruang Pringgitan Pendopo Kabupaten, Senin (8/8/2025).

Menurut Farid, Kabupaten Wonosobo menjadi salah satu dari 17 daerah di Indonesia yang mendapatkan pendampingan langsung dari KLH.

"Wonosobo termasuk daerah dalam kategori pembinaan karena TPA-nya telah bertransformasi dari kontrol landfill menuju sanitari landfill," ungkapnya. 

Ia menyampaikan, saat ini, lebih dari 50% sampah di Wonosobo telah dikelola dengan baik, dan diharapkan pengelolaan sampah, nasional 100% di tahun 2029 bisa tercapai. Pengolahan sampah akan difokuskan pada pengurangan sampah dari sumbernya, pemanfaatan kembali (reuse), dan daur ulang (recycle), sehingga residu yang masuk ke TPA dapat diminimalkan. 

“Target nasional tahun 2025 adalah 51,2% pengurangan sampah. Kami harap Wonosobo bisa menjadi contoh baik dalam upaya ini,” ujarnya.

Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, menyambut baik pendampingan dari KLH dan menyatakan bahwa sinergi lintas sektor menjadi kunci sukses pengelolaan sampah daerah. “Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, kami mengajak berbagai elemen termasuk BKK, pondok pesantren, dan tokoh masyarakat untuk bersama-sama mendorong edukasi dan aksi nyata,” tegas Bupati.

Menurutnya, salah satu tantangan di tingkat desa adalah keterbatasan lahan untuk TPS 3R. Namun beberapa desa telah mulai menunjukkan inisiatif tinggi. “Kalau dalam satu kecamatan ada lima desa yang memiliki TPS 3R, maka pengelolaan sampah akan selesai di tingkat desa dan tidak lagi membebani TPA utama. Hal tersulit memang mengedukasi masyarakat, tapi kalau kita mulai dari rumah tangga, memilah sampah dari rumah, maka itu akan jadi revolusi besar dalam pengelolaan sampah,” katanya.

Audiensi ini menjadi momentum strategis dalam memperkuat sinergi antara pemerintah pusat, provinsi, hingga ke tingkat tapak. “Dengan pendampingan ini, kita tidak hanya berbicara soal teknis pengolahan, tetapi juga mendorong perubahan budaya dan komitmen kolektif seluruh elemen masyarakat,” pungkas Afif.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Wonosobo, Endang L, menjelaskan bahwa saat ini TPA Wonosobo telah menerapkan sistem kontrol landfill dan sedang bersiap menuju sanitari landfill sesuai arahan pusat. 

“Sampah yang masuk TPA saat ini rata-rata 110–120 ton per hari. Kami melakukan penutupan residu minimal sebulan sekali, ada zona aktif dan pasif, sumur pantau, hingga pengolahan lindi,” paparnya.

Endang juga menyampaikan bahwa luas lahan TPA saat ini mencapai 4,2 hektare. “Kami telah mengusulkan penambahan lahan dan alih teknologi. Namun yang utama tetap pengurangan dari hulu, yaitu dari masyarakat,” tambahnya.

Saat ini terdapat sekitar 412 bank sampah aktif di berbagai desa yang tidak hanya berperan dalam pengurangan sampah, tetapi juga menjadi sarana edukasi masyarakat.

Dalam audiensi tersebut juga disampaikan bahwa wilayah kerja pendampingan oleh Direktorat KLHK mencakup berbagai daerah di luar Jawa, dan hanya dua daerah di Jawa yang mendapat perhatian khusus Wonogiri dan Wonosobo. Ini menjadi motivasi bagi Pemkab Wonosobo untuk terus meningkatkan performa pengelolaan sampah dan menjadi percontohan nasional.

0 Komentar

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan tanda *