Selama Enam Jam Gunung Slamet 32 kali Muntahkan Material Pijar
Humas Basarnas, Aris Triyono mengatakan, pada saat aktivitas ini berlangsung, cuaca cukup cerah dan angin tenang. Namun puncak Gunung Slamet terhalang kabut.
"Namun dapat teramati asap solvatara yang membubung tinggi hingga mencapai kisaran 500 - 700 meter dan condong ke barat" ungkapnya, Sabtu (13).
Sementara matrial pijar terpantau ke arah barat dengan jarak luncur hingga 1.000 meter. Sementara luncuran meterial ke arah timur dan utara mencapai 300 meter.
Aktivitas vulkanis ini juga mengakibatkan 34 kali gempa letusan, 95 kali gempa hembusan serta dua kali gempa tremor harmonik.
Sementara berdasarkan pantauan pada Sabtu (13/9) pukul 00.00 - 06.00 WIB secara visual cuaca cerah, angin tenang dan puncak Gunung Slamet masih terhalang kabut.
Sementara asap putih tipis terpantau setinggi 50 - 100 meter condong ke barat. "Pada peripde ini juga terpantau 44 kali gempa hembusan dan enam kali gempa tremor," ujarnya.
Mbah Rono: Aktivitas Gunung Slamet Fluktuatif
PURWOKERTO -- Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surono menyatakan aktivitas Gunung Slamet di perbatasan Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes, Jawa Tengah, masih fluktuatif.
"Aktivitas Gunung Slamet saat ini fluktuatif, cenderung sedikit menurun, namun statusnya tetap 'Siaga'," kata Mbah Rono, sapaan akrab Surono saat dihubungi dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Sabtu.
Ia mengatakan bahwa kondisi tersebut terlihat dari hasil pengamatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi di Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Pemalang, yang dilakukan dalam 12 jam terakhir.
Dalam pengamatan yang dilakukan pada Jumat (12/9), pukul 18.00-00.00 WIB, Gunung Slamet terhalang kabut, saat terang teramati embusan asap putih tebal kecokelatan setinggi 500-700 meter condong ke barat dan terdengar 25 kali suara dentuman sedang hingga kuat.
Selain itu, teramati 32 kali sinar api dan lontaran material/lava pijar ke arah barat dengan jarak luncur 500-1.000 meter, ke arah timur dengan jarak luncur 300 meter, serta ke arah utara sejauh 300 meter, sedangkan kegempaan terekam 34 kali gempa letusan, 92 kali gempa embusan, dan dua kali gempa tremor harmonik.
Sementara pada Sabtu (13/9), pukul 00.00-06.00 WIB, Gunung Slamet terhalang kabut, saat cerah teramati embusan asap putih tipis setinggi 50-100 meter dari puncak dan condong ke barat, sedangkan kegempaan terekam 44 kali gempa embusan dan enam kali gempa tremor.
"Aktivitas Gunung Slamet saat ini berupa embusan asap, letusan yang ditengarai dengan suara dentuman dan gemuruh sedang hingga kuat, letusan strombolian berupa lontaran material atau lava pijar, dan letusan abu tebal kehitaman dengan tinggi asap maksimum hingga 1.500 meter dari puncak," kata Mbah Rono.
Menurut dia, lontaran material pijar tersebar di sekitar puncak atau dalam radius kurang dari 4 kilometer dari puncak Gunung Slamet, sedangkan abu vulkanik bisa tersebar jauh bergantung arah dan kecepatan angin.
Terkait hal itu, dia mengatakan bahwa masyarakat tetap dilarang beraktivitas dalam radius 4 kilometer dari puncak Gunung Slamet.
"Bagi masyarakat yang bermukim atau beraktivitas di luar radius 4 kilometer, kami imbau agar tetap tenang serta tidak panik atau takut terhadap suara-suara letusan atau dentuman dan lontaran lava pijar. Lakukan aktivitas seperti biasa," katanya.
Waspada, Aktivitas Gunung Slamet Masih Tinggi
PURWOKERTO-- Aktivitas Gunung Slamet pada Jumat (12/9), masih tinggi. Suara letusan cukup kuat, masih beberapa kali terdengar oleh warga Kota Purwokerto yang berjarak sekitar 17 km dari puncak Slamet.
Meski demikian, frekuensi dentuman dengan suara keras yang terdengar dari Puncak Slamet, sudah tidak seperti pada Kamis (11/3). Koordinator Pos Pengamatan Gunung Slamet di Desa Gambuhan Kecamatan Pulosari Kabupaten Pemalang, Sudrajat, menyatakan aktivitas Gunung Slamet masih cenderung tinggi.
Hal ini ditandai dengan frekwensi/intensitas kegempaan dan energi yang masih relatif tinggi. Meski demikian dia menyebutkan, status Gunung Slamet masih tetap Siaga atau level III. ''Sejauh ini, karakter Gunung Slamet masih belum berubah. Letusan yang ditimbulkan masih tipe strombolian yang ditandai dengan lontaran lava pijar. Karena itu, status masih Siaga,'' jelasnya.
Untuk itu, dia meminta masyarakat tetap tenang, meski kewaspadaan tetap ditingkatkan. Dengan status Siaga, Sudrajat menyebutkan, areal berbahaya masih pada radius 4 km dari puncak. ''Di luar radius itu, warga masih bisa beraktivitas seperti biasa,'' jelasnya.
Berdasarkan catatan petugas pos tersebut, sepanjang Jumat (12/9) pukul 00.00 06.00 WIB, Gunung Slamet tercatat memancarkan 26 kali sinar api dengan lontaran lava pijar yang masih cukup jauh. Jangkauan lontaran lava pijar ini, ada yang mencapai 1.500 meter dari puncak sehingga jatuh di kawasan padang savana lereng Gunung Slamet.
Selain itu, juga terdengar 4 kali suara dentuman kuat dan 3 kali suara dentuman sedang. Sedangkan kegempaannya, tercatat 25 kali gempa letusan dan 83 kali gempa hembusan. Sementara pada periode pukul 06.00 WIB hingga 12.00 WIB, dari puncak Gunung Slamet terlihat kepulan asap putih tipis-tebal dengan ketinggian 50 meter hingga 200 m, dan terjadi 3 kali letusan yang disetai kepulan asap kelabu setinggi 800 meter hingga 1.000 meter dari puncak.
Selain itu, terdengar tujuh kali dentuman dengan intensitas suara kuat. 'Pada pukul 12.44 WIB dan 12.35 WIB juga masih terjadi letusan dengan dentuman kuat. Namun kondisi puncak tidak teramati karena tertutup kabut.
Aktivitas vulkanik Gunung Slamet yang cenderung meningkat sejak Kamis (11/9) tersebut, sebelumnya juga sempat menyebabkan hujan pasir dan kerikil di kawasan obyek Wisata Kaligua Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes, pada Kamis (11/9) malam.
Sumber : REPUBLIKA.CO.ID
0 Komentar