Tingkatkan Pemberdayaan Masyarakat, Puluhan Ibu Ikuti Pelatihan Bordir

 

Harti menambahkan, melalui pelatihan ini, selain menjadi momentum dalam memberdayakan masyarakat Wonosobo, nantinya diharapkan juga akan muncul sentra kerajinan bordir atau usaha rumah tangga lainnya, yang bisa memacu peningkatan ekonomi keluarga di Kabupaten Wonosobo, menuju masyarakat Wonosobo yang lebih sejahtera.

Dengan dibekali kemampuan untuk memproduksi berbagai macam hasil kerajinan tangan bordir, mereka juga diharapkan bisa dan mampu merintis sebuah usaha produktif berupa kerajinan bordir sehingga bisa memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian keluarga dan masyarakat, sebab program ini merupakan bentuk nyata dari komitmen Pemerintah untuk turut serta membangun daerah melalui peningkatan perekonomian masyarakat dalam bentuk peningkatan ketrampilan masyarakat dalam pengembangan usaha produktif rumah tangga. Pelatihan yang dijalankan diharapkan akan bermuara pada tumbuhnya pengetahuan dan ketrampilan dalam pengembangan usaha, khususnya di bidang bordir dan home industry.

Narasumber sendiri diambil dari praktisi yang berkecimpung dalam bidang keterampilan bordir, Latif dari Sumberan Utara dibantu oleh 3 asistennya. Mesin yang digunakan sendiri ada 10 buah milik Latif, yang sengaja disewa oleh Bagian Perekonomian agar peserta bisa secara langsung berinteraksi dengan mesin dan menghasilkan kerajinan bordir yang punya nilai jual.

Latif, pria asal Tasikmalaya yang sudah 12 tahun menggeluti bisnis bordir di Wonosobo, mengungkapkan, pelatihan kali ini dibagi dalam 4 kelompok. Tiap kelompok terdiri dari  10 orang, dengan tiap peserta bergantian menggunakan mesin bordir yang ada, sehingga karena keterbatasan alat dan waktu, pihaknya hanya menyampaikan materi-materi dasar. Di hari pertama, peserta diberi materi teori pengoperasian mesin bordir, dilanjutkan dengan pelatihan membuat motif dasar, daun dan bunga. Di hari kedua dan ketiga, peserta baru diberi pelatihan agak rumit, yakni membuat desain bordir dengan kombinasi tiga motif yang membentuk satu rangkaian.

Untuk itu ia sengaja membuat jam pelatihan agak panjang, dari pagi jam 8 sampai sore jam 5, agar tiap peserta seluruhnya bisa langsung membuat motif aplikatif bordir yang tidak hanya menarik tapi juga mempunyai nilai komersil untuk dijual.

Latif menambahkan, dari pelatihan ini akan dipilih 3 orang terbaik, yang nantinya akan mendapat penghargaan, serta kesempatan mengikuti pelatihan selanjutnya. Setidaknya ada 3 kriteria yang menjadi patokan ia dalam memberikan penilaian, yakni dari nilai karya seninya, kerapian dan kombinasi warna.

 

Salah satu peserta, Elismawati (23) asal Perboto Kalikajar, mengaku senang bisa mengikuti kegiatan seperti ini, sebab selain menambah pengetahuan di bidang bordir, juga bisa menjadi motivasi dirinya untuk beriwirausaha di bidang keterampilan bordir. Ibu muda yang juga aktif dalam KWT Sido Rukun Kalikajar ini, sebelumnya sudah menggeluti usaha tata boga bersama anggota kelompok lainnya, dan dengan diperolehnya keahlian baru ini, ia akan berusaha menularkan dengan anggota lainnya dan bisa membuat usaha di bidang bordir untuk meningkatkan perekonomian, tidak hanya pribadi dan keluarga namun juga kelompok dan masyarakat sekitarnya.

0 Komentar

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan tanda *