Tujuh Kecamatan di Kabupaten Semarang Krisis Air Bersih
Dari rapat koordinasi ini terungkap dampak musim kemarau tahun ini telah mengancam sedikitnya tujuh kecamatan di Kabupaten Semarang. Ketujuh kecamatan tersebut, masing- masing Kecamatan Beringin, Pringapus, Susukan, Jambu, Suruh, Tengaran serta Kecamatan Bancak.
“Tidak semua merata, hanya beberapa dusun saja yang tersebar di tujuh wilayah kecamatan tersebut,” ungkapnya, di Ungaran, Senin (8/9).
Hari ini, jelasnya, BPBD Kabupaten Semarang mulai melakukan droping air bersih di Kecamatan Pringapus, tepatnya di wilayah Desa Jatirunggo.Droping air bersih ini dilakukan BPBD Kabupaten Semarang sesuai dengan permintaan masing- masing kecamatan.
Sesuai alokasi APBD -- guna mengantisipasi krisis air bersih dan bencana kekeringan tahun ini-- pihaknya mendapatkan alokasi sekitar 223 tangki berisi air bersih. Ia berharap kuota air bersih untuk penanggulangan bencana kekeringan di wilayah Kabupaten Semarang ini dapat mencukupi.
“Kalau terpaksa tidak mencukupi, BPBD Kabupaten Semarang masih dapat mengajukan bantuan ke BPBD Provinsi Jawa Tengah,” lanjut Joner.
11 Kecamatan di DIY Mulai Kekeringan
YOGYAKARTA -- Kekeringan akibat musim kemarau mulai melanda beberapa wilayah di DI Yogyakarta (DIY). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY mulai memetakan daerah yang mengalami kekeringan.
"Saat ini terpantau ada 11 kecamatan yang mulai mengalami kekeringan meski tidak parah," kata Kepala BPBD DIY, Gatot Saptadi, Senin (8/9). Diantara 11 kecamatan tersebut, tujuh kecamatan berada di Kabupaten Gunungkidul dan empat kecamatan berada di Kulonprogo.
Meski sudah mengalami kekeringan, namun kata Gatot, hal itu masih bisa ditangani oleh pihak kabupaten. Artinya kondisi sejauh ini belum darurat.
Karena wilayah yang mengalami kekeringan ini merupakan wilayah dengan lahan tadah hujan. Diakuinya, beberapa wilayah di DIY setiap tahun memang langganan kekeringan. Wilayah tersebut berada di Kulonprogo sisi Barat, Gunungkidul sisi Selatan, Bantul sisi Selatan dan Sleman sisi Timur.
Meski masih terkendali namun menurut Gatot, pihaknya saat ini tengah menyiapkan siaga darurat kekeringan di DIY. "Kita menunggu kondisi lapangan dan informasi Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY akan kondisi kemarau panjang di DIY," ujarnya.
Krisis Air Landa Warga Utara Bengawan Solo
SRAGEN -- Krisis air baku melanda wilayah utara Sungai Bengawan Solo, Kabupaten Sragen. Sudah tiga pekan ini, warga sejumlah desa wilayah yang rentan akan air baku, mendesak pemerintah kabupaten untuk melakukan dropping air bersih.
Warga yang tinggal di sejumlah desa wilayah Utara Bengawan Solo, seperti Kecamatan Tangen, Jenar, Tanon, Mondokan dan Sumberlawang, mulai kesulitan mencari air. Daerah ini merupakan kawasan 'pelanggan' krisis air setiap memasuki musim kemarau puncak.
Kendati terjadi kondisi krisis air baku, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Sragen, Wangsit Sungkono, mengatakan tak perlu ada yang dikhawatirkan. Ia malah mengklaim pihaknya siap melayani permintaan dropping bantuan air bersih kepada warga desa yang membutuhkan.
Menurut Wangsit, sudah tiga pekan ini warga sejumlah desa mendesak melakukan dropping air bersih. Mulai awal September ini, katanya, permintaan dropping air bersih mulai meningkat.
Mestki ada peningkatan permintaan dropping air, hingga sekarang ia kembali mengklaim belum ada keluhan yang bersifat darurat. Artinya, kondisi krisis air belum begitu parah. "kami tidak memungut biaya sepeserpun, alias gratis,'' tambah Wangsit.
Untuk menghadapi krisis berkepanjangan, Dinsos juga sudah menyiapkan sejumlah tempat penampungan air sementara bagi masyarakat yang belum memiliki tandon air. Wangsit juga mengingatkan, agar masyarakat tidak terlalu panik saat terjadi kelangkaan air bersih.
Karena Dinas Sosial siap melayani permintaan dropping bantuan air bersih untuk desa yang membutuhkan. Selain itu, pihaknya juga bekerja sama dengan PDAM Kabupaten Sragen menyediakan tempat penampungan air sementara. Khususnya bagi desa yang belum membangun tandon air.
Sumber : REPUBLIKA.CO.ID
0 Komentar