Wakil Bupati Minta Peringatan HARKITNAS Jadi Momentum Suksesnya Pilpres 2014
Menurut Maya, peringatan HARKITNAS tiap tahunnya punya makna strategis, tidak semata hanya seremoni saja, tapi makna dibalik semangat kaum muda pada tahun 1908 dan 1928, yang bercita-cita Indonesia merdeka serta berjuang bagi tegaknya bangunan ke-Indonesaan yang merdeka dan berdaulat.
Dan makna tersebut bisa diterapkan dalam konteks kekinian, utamanya menjelang pelaksanaan Pilpres 9 Juli mendatang dengan mendukung dan mensukseskan, serta ikut menjaga ketertiban, keamanan dan kedamaian sebelum, selama dan sesudah pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
Selain itu, peringatan Hari Kebangkitan Nasional yang tahun ini memasuki peringatan ke-106 dapat dimaknai sebagai instrumen yang mampu menumbuhkan semangat dan jiwa nasionalisme, sekaligus menjadi instrumen ukuran sejauh mana nilai-nilai nasionalisme diterapkan dalam karsa, cipta serta karya kekinian kita secara nyata.
Hal ini berarti, nasionalisme bukan sekedar wacana yang sorak-sorai, makna nasionalisme kekinian bukan lagi sekedar kerinduan romantisme perjuangan masa lalu, tetapi bagaimana menerapkan romantisme perjuangan tersebut kedalam pola pikir, pola sikap serta perilaku kebangsaan selaras dengan tuntutan zaman.
Kebangkitan nasional, menurut Maya, juga bisa dimaknai sebagai dasar untuk membangun keharmonisan dalam perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nasionalisme terbangun bukan dari perilaku saling menuding, saling menyalahkan dan bahkan saling menyingkirkan. Kekuatan kebangsaan tersemai dalam hubungan yang harmonis dari kekuatan dan energi potensi yang dimiliki. Komitmen untuk berbagi dan bersinergi dalam rangka mewujudkan cita-cita nasiona itulah yang menjadi ukuran, sejauh mana karsa, cipta dan karya semua pihak sudah memberikan kekuatan bagi terbangunnya keharmonisan perilaku dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Maya menambahkan, kebangkitan nasional juga harus dijadikan sebagai rujukan, bahwa kekuatan sebuah bangsa tercirikan dari bagaimana perbedaan dan kemajemukan dapat dikelola menjadi kekuatan, seperti tercermin melalui Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Keberagaman etnis, suku, budaya, dan agama yang tersebar di seluruh nusantara adalah sebuah kekayaan sekaligus kekuatan yang harus terjaga secara terus-menerus serta berkesinambungan, nilai-nilai toleransi akan perbedaan, nilai-nilai kemajemukan yang tumbuh berkembang atas dasar komitmen dan kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak boleh luntur sampai kapanpun.
Setelah upacara bendera, dilanjutkan dengan ziarah ke makam pahlawan di Taman Makam Pahlawan “Wiropati”, yang dipimpin langsung Wakil Bupati dan diikuti jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah serta beberapa kepala SKPD.
0 Komentar