Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jateng Isi Khutbah Sholat Ied di Alun-Alun Wonosobo

 

Menurut Yusuf, puasa hakekatnya menolak manusia dari bertingkah polah nggasruh serta tidak perhatian dan teliti lagi pada apa yang dimakan, apakah halal atau haram. Yang dimiliki apakah hasil pencarian sah atau batil. Karena fokus perhatian yang dicarinya hanya menggapai sebanyak mungkin materi duniawi. Sehingga puasa hakekatnya membekali pelakunya dengan daya imsak, daya tahan diri, daya tolak terhadap hal-hal yang meskipun halal tapi sia-sia, apalagi yang haram yang dilarang Allah, seperti yang Allah didikkan pada umat manusia setiap datang Ramadhan.

Puasa hakekatnya akan melahirkan alumni Ramadhan yang baik, yakni alumni yang telah dibekali Allah dengan daya imsak yang kuat, tidak lagi dunia oriented tapi sangat menghayati ajaran Allah.

Untuk itu, pria yang juga mantan ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Semarang ini mengajak seluruh umat Islam untuk berdo’a pada Allah, agar dimasukkan ke dalam golongan yang benar-benar ber-Idul Fitri dan menjadi alumni Ramadhan yang sesuai dengan desain dan sistem Allah SWT.

Sektretaris Daerah Wonosobo, Eko Sutrisno Wibowo, mewakili Bupati Wonosobo, sesudah sholat ied menyampaikan, bahwa Idul Fitri tahun ini merupakan Idul Fitri penuh barokah dan karomah dari Tuhan yang Maha Kuasa, karena seperti tahun lalu, dua ormas besar islam, Muhammadiyah dan NU, merayakan 1 Syawal bersamaan sesuai ketentuan dari Pemerintah. Sehingga diharapkan hal tersebut menjadi pemicu semakin menguatnya Ukhuwah Islamiyah Masyarakat Wonosobo.

Sekda juga menyampaikan, peringatan idul fitri bisa dijadikan sebagai momentum bagi peningkatan karakter positif masyarakat Wonosobo, yang ujungnya bisa meningkatkan kualitas kehidupan beragama masyarakat serta harmonisasi sosial di tengah pluralisme masyarakat.

 

Sementara itu, bertempat di Masjid Al Mansyur Kauman Wonosobo, Wakil Bupati Wonosobo, Maya Rosida, dalam sambutannya menyampaikan Idul Fitri menjadi kemenangan spiritual atas penyucian diri. Berangkat dari kesucian yang fitri tersebut, umat Islam harus meningkatkan usaha menuju hari depan yang lebih baik, meningkatkan amal ibadah, menjalin silaturami menuju persaudaraan umat manusia yang universal, tanpa memandang aspirasi politiknya, madzhab, agama, dan strata sosialnya serta semuanya harus menempatkan diri sebagai sesama manusia yang tiada berdaya di hadapan kekuasaan Allah SWT. Disamping mampu mengendalikan diri dari sikap egoisme kelompok dan golongan dengan selalu menumbuhkan sikap-sikap rendah hati, berkasih sayang, berbagi kebahagiaan dan lembah manah, sehingga persatuan dan kesatuan menjadi satu keharusan dan keniscayaan.

0 Komentar

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan tanda *