10 Kreator Unjuk Kreasi dan Inovasi dalam Lomba KRENOVA 2015

Peserta lomba sendiri adalah masyarakat Wonosobo yang berasal dari kelompok umum non akademisi, mahasiswa maupun pelajar SMP atau SMA/SMK/MA, dan bisa perorangan atau kelompok, dengan ruang lingkup lomba mencakup semua hasil kreativitas serta inovasi masyarakat di bidang teknologi dan terapan baik di bidang seperti agribisnis dan pangan, energi, kesehatan, obat-obatan dan kosmetika, rekayasa dan manufaktur, pendidikan, kehutanan dan lingkungan hidup; kelautan dan perikanan, maupun kerajinan dan industri rumah tangga.

Adapun hasil karya yang ditampilkan adalah karya unggulan yang memenuhi kriteria diantaranya hasil kreatifitas dan inovasi perorangan atau kelompok yang telah diterapkan di daerah lokasi penemu atau di daerah lainnya, mudah didiseminasikan dan diadopsi masyarakat, teknologinya bisa diaplikasikan dalam skala rumah tangga, bahan baku yang dipakai berbasis lokal dan ramah lingkungan, dapat rekomendasi dari produsen dan akademisi, skala investasi dan manajemen terjangkau oleh masyarakat serta mempunyai manfaat yang berkelanjutan.

Selain kriteria ini, kriteria lain yang harus dipenuhi diantaranya dari aspek ekonomi harus bisa meningkatkan pendapatan penemu, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah. Kemudian dari aspek perkembangan IPTEK harus bisa meningkatkan pengembangan IPTEK, meningkatkan penguasaan IPTEK dan dampak perkembangan IPTEK bagi daerah, serta dari aspek sosial harus ada kesesuaian kapasitas masyarakat dengan teknologi, kesesuaian budaya lokal dengan teknologi dan perubahan sikap perilaku positif masyarakat.

Sedangkan kriteria penilaian yang dilakukan oleh tim penilai dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Pertanian dan Perikanan, Dinas Kesehatan, Kantor Koperasi dan UMKM, BAPPEDA serta dari UNSIQ adalah orisinalitas dan kepioniran, penerapan di masyarakat, manfaat dan keberlangsungan.

Ke-10 kreator tersebut adalah Yudi Priyanto asal Desa Semayu Selomerto dengan temuan bio seeding block media semai instan, Rinto Budi Santoso asal SMA Negeri 1 Sapuran dengan temuan media pembelajaran PRO-LEARNER (Projector Leading Achievement Newer), Wahyu Aryadi asal Sirandu Wonosobo dengan temuan SILEMPA (Sadap Energi Gelembung Pancuran) dan KIDAYA (Kincir dalam Air yang Berbeda), Muhdlorun asal Desa Slukatan Mojotengah dengan temuan Mesin Huller Labo Kopi Arabica pengolahan basah, Toto Suharto asal Desa Sumberejo dengan temuan Hot-Kas (alat pengering hemat energi), Agus Sujai asal Desa Ngadisono Kaliwiro dengan temuan Cibotala pangan alternatif multifungsi, Purwo Dhiyantoko asal SMK Negeri 2 Wonosobo dengan temuan pemanfaatan limbah genteng sebagai bahan tambahan pembuatan batako, Mira Nurhalima asal SMA Negeri 2 Wonosobo dengan temuan budidaya cacing tanah memanfaatkan limbah organik, Hindarto asal BPP Marsudi Tani Garung dengan temuan teknologi prosesing limbah pasar menjadi POC serta Beta Radish Charica dan Puji asal SMAN 1 Wadaslintang dengan temuan ontong burger atau meat analog jantung pisang. Rencananya 3 besar pemenang lomba ini akan diikutkan dalam ajang sejenis di tingkat Provinsi Jawa Tengah awal tahun 2016.

Sementara Asisten Pemerintahan Setda, Aziz Wijaya, mengungkapkan penyelenggaraan lomba krenova (kreativitas dan inovasi) masyarakat merupakan upaya untuk mendorong innovation-driven, yakni ekonomi yang dibangun atas dasar iptek yang bernilai tambah, dengan tujuan memilih kreativitas serta inovasi teknologi terbaik dan memberikan fasilitas teknologi temuan masyarakat untuk dimanfaatkan optimal. Ia meminta kepada pimpinan organisasi perangkat daerah, para camat, maupun pihak-pihak terkait lainnya agar dapat mendorong dan memfasilitasi hasil  inovasi dan kreativitas dari masyarakat sebab tujuan dan tingkat kemanfaatan lomba krenova dalam pembangunan sangat banyak.

Salah satu peserta Beta Radish Charica bersama Puji asal SMAN 1 Wadaslintang mengaku temuannya ontong burger atau meat analog jantung pisang, ditemukan dari pengamatan keseharian di lingkungannya yang banyak menemukan bahan jantung pisang berserakan tidak dimanfaatkan masyarakat. Siswa kelas XI ini awalnya dibimbing dua guru pembimbingnya, Joko dan Purbo, membawa temuannya untuk dikembangkan lebih lanjut melalui program ekstra kurikuler Karya Ilmiah Remaja (KIR) di sekolahnya pada awal bulan Maret 2015.

Setelah dilakukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut penemuan rekayasa jantung pisang menjadi meat daging atau daging buatan untuk burger ini kemudian dibawa oleh sekolah untuk mengikuti ajang KRENOVA tingkat Kabupaten Wonosobo dan berhasil masuk 10 besar. Dengan ongkos produksi 67 ribu untuk 1 resep yang bisa menghasilkan 15 burger, Beta dan Puji juga sempat mengikutkan karya temuannya dalam ajang lomba Poster Ilmiah yang digelar Universitas PGRI Semarang pada 13 Mei 2015, dan berhasil menjadi pemenang. Poster berukuran 60 x 60 cm yang berisi informasi seputar proses pembuatan dan manfaat produk ini menarik perhatian penilai dan alasan inilah yang menjadikannya berani maju di ajang KRENOVA tingkat kabupaten.Terkait keberlanjutan temuannya ini, Beta menuturkan setidaknya dibutuhkan investasi awal senilai 15 juta rupiah untuk bisa dikembangkan menjadi produk massal.

Sedangkan guru pembing Joko berharap, tamuan anak didiknya kali ini bisa mengikuti jejak seniornya, yang tahun lalu sukses menjadi juara di tingkat kabupaten dan maju ke provinsi Jateng melalu temuan pengolahan temu lawak sebagai sumber bahan makanan alternatif.

 

0 Komentar

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan tanda *