Banyak Korban Ditemukan di Mobil
Menurut Kepala Kantor SAR Semarang selaku SAR Mission Coordinator (SMC) Agus Haryono, dari 21 korban yang ditemukan sepanjang pencarian Ahad (15/12), banyak diantaranya ditemukan sedang terjebak di dalam mobil.
Antara lain, temuan korban sepasang suami istri yang terjebak di dalam mobil pickup warna putih. ''Karena terjebak dalam kabin mobil, kita cukup kesulitan melakukan evakuasi karena kedua korban terjepit di jok depan,'' jelasnya.
Untuk mengatasi ini, petugas dari Basarnas Special Grup (BSG) harus memotong kabin mobil bagian atas sehingga memakan waktu cukup lama, hingga tiga jam.
Di lokasi lain, lanjut Agus, tim SAR gabungan berhasil menemukan tiga orang yang terjepit mobil. Salah satu korban masih memegang stang sepeda motor dan tercepit di bawah mobil pickup warna biru.
Korban laki-laki yang diketahui seorang satpam ini, berhasil dievakuasi setelah Tim SAR mengangkat mobil yang menjepit dengan menyemprotkan air ke tanah yang menimbunnya. ''Di sekitar mobil itu, kami juga menemukan dua korban laki laki,'' jelasnya.
Sore harinya, kata Agus, Tim SAR juga menemukan korban berjenis kelamin perempuan. Korban ditemukan terjepit mobil pickup warna merah. Proses evakuasi korban, akhirnya juga dilakukan dengan menyemprotkan air ke sekitar jasad korban.
Dari 21 korban yang ditemukan Ahad (5/12), Agus menyebutkan, 19 orang di antaranya sudah teridentifikasi. Hanya dua orang yang belum teridentifikasi, antara lain seorang pria dewasa dan balita laki-laki.
Koordinator Tim SAR gabungan Nyoto Purwato mengatakan, proses evakuasi korban yang berada di dalam mobil memerlukan peralatan khusus dan tenaga rescuer yang benar benar mempunyai keahlian.
''Ketika menemukan korban yang berada di bawah mobil, kita harus stabilkan dulu mobilnya. Setelah itu, baru kita ambil korbannya dengan menyemprotan air,'' jelasnya menerangkan.
Terkait dengan banyaknya minat relawan yang ingin bergabung melakukan pencarian, Nyoto Menghimbau supaya mereka mempertimbangkan masalah keamanan.
Nyoto menyatakan, untuk melakukan proses evakuasi dengan medan khusus yang sulit, relawan harus mempunyai kualifikasi rescuer.
''Kalau belum mempunyai kualifikasi rescuer, tidak diperkenankan melakukan pencarian di medan sulit itu karena kondisinya sangat berbahaya,'' jelas Nyoto Purwato mengingatkan.
600 Polisi Dikerahkan Cari Korban Longsor di Banjarnegara
BANJARNEGARA--Sebanyak 600 anggota gabungan Polda Jawa Tengah dikerahkan untuk mencari korban bencana longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.
"Sekitar 600 anggota Polri gabungan dari Polda Jateng yang terdiri dari anggota Satbrimob Polda, Polres Banjarnegara, Polres Wonosobo, Polres Banyumas dan Dalmas Ditsabhara Polda Jateng telah dikerahkan," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Ronny F. Sompie dalam pesan singkat, di Jakarta, Senin.
Sementara Kepala Badan Pemelihara Keamanan Polri (Kabaharkam) Komjen Putut Eko Bayuseno menjelaskan juga telah mengerahkan 13 orang pawang, staf pendukung dan anjing pelacak.
Mereka diterjunkan untuk membantu anggota gabungan Polda Jateng dalam menyisir lokasi untuk menemukan korban yang masih hilang. Dari Mabes Polri juga telah menerjunkan empat ekor anjing pelacak bersama pawangnya.
Sementara tim Disaster Victim Identification (DVI) yang dipimpin oleh Kabiddokkes Polda Jateng berada di lokasi sejak terjadinya longsor pada Jumat (12/12) untuk melakukan proses identifikasi para korban.
Ronny menambahkan, sejauh ini 31 korban tewas yang ditemukan telah berhasil diidentifikasi. "Tiga puluh satu jenazah sudah teridentifikasi," ujarnya.
Sebelumnya, tim pencarian hingga Minggu (14/12) sore berhasil menemukan 39 korban meninggal yang tertimbun tanah longsor di Dusun Jemblung Desa Sampang Kabupaten Banjarnegara, kata Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Harmensyah.
"Data sementara korban yang ditemukan meninggal sebanyak 39 orang dan diperkirakan masih 69 korban yang masih tertimbun," katanya.
Seperti diwartakan, puluhan rumah yang dihuni sekitar 300 jiwa dari 53 keluarga di Dusun Jemblung RT 05 RW 01, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, tertimbun tanah longsor yang terjadi pada Jumat (12/12) sekitar pukul 17.30 WIB.
1.000 Orang Terlibat dalam Proses Evakuasi
BANJARNEGARA -- Pencarian korban bencana longsor di Dusun Jemblung Desa Sampang Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara, melibatkan sumber daya yang cukup besar.
Untuk personil, Kepala Kantor SAR Semarang selaku SAR Mission Coordinator (SMC) Agus Haryono mengatakan, jumlah orang yang terlibat dalam proses pencarian dan evakuasi korban mencapai lebih dari 1.000 orang.
''Jumlah personil yang terlibat memang cukup besar, karena skala bencananya memang tergolong besar,'' katanya, Senin (15/12).
Dia menyebutkan, jumlah 1.000 orang berasal dari berbagai elemen. Antara lain, Basarnas sendiri menerjunkan personil dari empat Kantor SAR, yakni Kantor SAR Semarang, Kantor SAR Yogyakarta, Kantor SAR Surabaya, Kantor SAR Bandung dan Basarnas Special Grup (BSG).
Selain itu, juga ada personil dari 34 instansi dan organisasi yang berasal dari TNI, Polri, BPBD, BNPB, Tagana, PMI, organisasi pecinta alam mahasiswa, organisasi SAR lainnya, serta relawan dari kalangan penduduk setempat.
''Dari unsur TNI dan Polri, berbagai kesatuan juga sudah diterjunkan, seperti dari Kopassus, Kostrad, Marinir dan Paskhas,'' ungkap Agus Haryono menjelaskan.
Hingga Ahad (14/12), personil yang tergabung dalam SAR Gabungan ini masih bekerja secara manual dengan menggunakan alat seperti cangkul, sekop, linggis dan gergaji mesin.
Hal ini karena alat berat yang sudah berada di lokasi, belum bisa masuk ke lokasi-lokasi longsor yang kemungkinan menjadi tempat tertimbunnya korban.
''Kita dari personil SAR juga masih harus hati-hati masuk ke lokasi longsor, karena tanah longsor menciptakan kubangan lumpur cukup dalam,'' jelasnya.
Jumlah alat berat yang disiapkan di lokasi longsor sudah cukup banyak. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, menyebutkan mendatangkan 13 alat berat ke lokasi longsor.
Alat berat yang didatangkan antara lain berupa ekskavator dan dozer, Alat berat tersebut masih fokus untuk menyingkirkan ruas jalan Kota Banjarnegara-Karangkobar, yang tertimbun longsor.
''Saya mengharapkan, dengan pengoperasian eskavator sebanyak ini, ruas jalan tersebut bisa dibuka lagi dalam waktu lima hari ke depan,'' jelasnya.
Karangkobar Daerah Paling Rawan Longsor
BANJARNEGARA -- Pakar geologi yang juga Rektor Universitas Gajah Mada Prof Dr Dwikorita Karnawati menyebutkan daerah Kecamatan Karangkobar di Kabupaten Banjarnegara merupakan daerah paling rawan di Jawa Tengah.
''Dari hasil penelitian kami tahun 2006, wilayah kabupaten yang paling rawan longsor di Jateng adalah wilayah Banjarnegara. Sedangkan di Banjarnegara sendiri, wilayah yang paling rawan longsor adalah wilayah Kecamatan Karangkobar,'' jelasnya kepada Republika, Senin (15/12).
Dia menyebutkan, kawasan pegunungan di daerah Karangkobar kebanyakan tersusun dalam formasi lereng curam yang terbentuk oleh patahan ataupun retakan-retakan batuan. Kondisi ini ditambah lagi dengan struktur tanah yang gembur dan tebal.
''Secara alamiah, dengan kondisi lereng tanah dan batuan seperti itu, ditambah struktur tanah yang gembur, wilayah tersebut menjadi rentan longsor. Terutama bila berlangsung hujan deras atau hujan tidak begitu deras tapi terakumulasi selama beberapa jam,'' jelasnya.
Tingkat kerentanan lereng ini, menurut rektor UGM, akan semakin meningkat apabila terjadi gangguan pada lereng, terutama apabila terjadi perubahan penggunaan lahan yang tak terkontrol.
Soal apakah kawasan Karangkobar tersebut aman untuk pemukiman atau tidak, Dwikorita menyatakan, perlu dilakukan investigasi lanjut di kawasan itu untuk mengetahui sebaran zona bahaya.
''Investigasi ini penting sebagai antisipasi atau mitigasi terhadap kemungkinan terjadinya longsor susulan di beberapa titik lainnya,'' jelasnya.
Hal serupa dikemukan staf pengajar Geologi Fakuktas Teknik Geologi Universitas Jenderal Soedirman, Muhammad Aziz.
Dia menyebutkan, batuan yang menyusun struktur permukaan tanah di wilayah Utara Kabupaten Banjarnegara merupakan batuan vulkanik lapuk. Dalam kondisi ini, kondisi tanah yang curam karena topografi tanah yang bergelombang dan curam, menjadi rawan longsor.
Namun dia menyebutkan, kondisi rawan longsor itu menjadi benar-benar terjadi longsor bila ada faktor pemicu.
Dalam kejadian longsor di Dusun Jemblung Desa Sampang Kecamatan Karangkobar, atau longsor yang pernah terjadi tahun 2006 di Desa Sijeruk Kecamatan Banjarmangu dan menewaskan lebih dari 90 orang, lebih dipicu oleh masalah tata air.
''Wilayah-wilayah yang sering longsor di bagian Utara Banjarnegara, kebanyakan bukan merupakan wilayah lahan kritis. Umumnya, masih berupa lahan hijau. Karena itu, pemicu terjadinya longsor lebih disebabkan oleh masalah tata air dan kondisi struktur tanah yang memang cenderung mudah longsor,'' jelasnya.
Bawon Berlari di Atas Tanah yang Longsor
BANJARNEGARA -- Setiap kejadian bencana, menyuguhkan banyak cerita duka dari para korbannya. Terlebih pada bencana yang menelan korban cukup besar, seperti bencana tanah longsor di Dukuh Jemblung Desa Sampang Kecamatan Karangkobar Kabupaten Banjarnegara, Jumat (12/12).
Sejauh ini, belum diketahui dengan pasti berapa jumlah korban yang tertimbun tanah longsor. Namun dari cerita Kepala Desa Jemblung, Slamet, diperkirakan ada 35 rumah warga desanya tertimbun longsor.
''Dari jumlah rumah sebanyak itu yang tertimbun longsor, kami perkirakan ada 100 orang yang menjadi korban,'' jelasnya, Ahad (13/12).
Dengan jumlah korban sebanyak itu, sebagian berhasil selamat. Namun sebagian besar lainnya, diperkirakan akan sulit selamat mengingat mereka tertimbun longsoran tanah yang tebalnya hingga belasan meter.
Mereka yang selamat, kebanyakan adalah korban yang bisa ditemukan warga yang berjibaku mencari korban pada Jumat (13/12) malam sesaat setelah kejadian, serta korban yang ditemukan pada Sabtu pagi seusai subuh.
Sedangkan mereka yang kemudian ditemukan pada siang hari, umumnya sudah dalam keadaan meninggal dunia. Sejauh ini, berdasarkan data di Puskesmas Karangkobar, jumlah yang selamat dengan kondisi luka berat-ringan ada 15 orang.
Hampir seluruhnya, dirujuk ke RSUD Banjarnegara karena mengalami luka cukup berat yang kebanyakan mengalami luka patah tulang. Sedangkan yang ditemukan meninggal, ada 20 orang. Dari cerita para korban selamat ini, cerita dramatis bagaimana peristiwa dahsyat itu diceritakan.
Seperti Bawon (27), ibu rumah tangga yang sedang hamil 7 bulan. Dia yang tinggal sekitar 1 km dari tebing yang longsor, mengaku sempat menyaksikan tanah bergulung-gulung menghampirinya.
Bawon yang kini masih dirawat di Puskesmas Rawat Inap Kecamatan Karangkobar, mengaku ketika kejadian longsor terjadi, dia bersama suaminya, Junu (35) dan seorang anaknya yang masih berusia 6 tahun, sedang berada dalam rumah.
Pada saat itu, dia mendengar suara teriakan warga yang menjerit-jerit dan panik sehingga dia dan suaminya ke luar rumah. ''Waktu itu saya lihat, gulungan tanah bergerak menuju pemukiman kami,'' katanya mengisahkan.
Tanpa pikir panjang, suaminya langsung menarik tangannya dan sambil menggendong anaknya berlari menghindari gulungan tanah. Namun mereka kalah cepat dengan gulungan tanah yang longsor.
''Waktunya sangat cepat, mungkin tidak sampai lima menit semuanya kemudian menjadi rata dengan tanah,'' jelas Bawon.
Namun dia merasakan pegangan tangan suaminya kemudian terlepas, sementara suami dan anaknya kemudian tergulung longsoran tanah.
''Saat itu saya sudah tidak ingat apa-apa lagi. Saya hanya merasakan seperti berlari di atas gulungan tanah. Sedangkan suami saya semakin menjauh dan tenggelam terkubur tanah,'' katanya sendu.
Ketika ditemukan warga yang melakukan pencarian korban Jumat (12/12) malam, dia hanya terbenam sedikit di bagian kaki. Yang membuat takjub, kondisi Bawon sekadar mengalami luka lecet.
Bahkan kandungannya yang berusia tujuh bulan, menurut petugas medis di puskesmas tersebut juga dalam keadaan sehat.
''Alhamdulillah, Ny Bawon serta janin yang dikandungnya masih sehat. Detak jantung janinnya juga masih normal. Namun kami minta agar jangan ditanyai terlalu banyak dulu, karena kami khawatir yang bersangkutan masih trauma dan bisa menyebabkan stres,'' kata bidan senior Puskesmas Karangkobar, Umi Qosidah.
Bawon hingga Ahad (14/12) pagi masih dirawat di Puskemas Karangkobar, dengan ditemani beberapa ibu, bapak dan saudaranya.
Lain lagi cerita yang dialami Partinah (30). Dia adalah penghuni rumah satu-satunya di bawah tebing longsor, yang masih utuh. Sementara di sekelilingnya, tertimbun runtuhan longsor yang tingginya mencapai lebih dari semeter.
Meski demikian, dari empat orang penghuni rumah itu, hanya Partinah sendiri yang selamat. Sementara suaminya, Sukamto (35) serta dua orang anaknya yang masing-masing masih berusia 7 dan 12 tahun, belum diketahui nasibnya.
Saat ditemui di lokasi pengungsian di kantor Kecamatan Karangkobar, Partinah mengungkapkan ketika longsor berlangsung, dia dan semua keluarganya memang sempat berusaha menyelamatkan diri dengan berlari meninggalkan rumahnya.
''Saya tidak tahu, kalau rumah saya menjadi satu-satunya rumah yang masih utuh. Bila kami sekeluarga tetap berada dalam rumah, mungkin kami sekeluarga bisa selamat,'' katanya.
Ia menyebutkan, saat berusaha menyelamatkan diri itu, dia dan suaminya kemudian tergulung longsoran tanah. ''Saya sendiri tidak tahu kenapa saya bisa selamat. Saya tidak tahu bagaimana kondisi suami dan dua anak saya sekarang, karena kondisinya saat itu benar-benar panik,'' katanya sambil menangis.
Wapres: Pemerintah Pastikan Bantu Korban Bencana
JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan sekalipun tanah longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah, belum dimasukkan kategori bencana nasional namun penanganannya tetap menjadi perhatian serius pemerintah.
"Ya tentu kita prihatin dan bersedih tentang jatuhnya korban yang banyak. Kemarin Presiden juga sudah ke sana untuk melihat langsung," kata Jusuf Kalla kepada pers di Kantor Wapres Jakarta, Senin (15/12).
Ia mengatakan untuk menetapkan suatu bencana sebagai bencana nasional tentu ada standar dan aturannya.
Namun demikian, kata JK, baik bencana nasional atau bencana biasa sebenarnya penanganannya sama saja.
"Sebenarnya penanganannya sama saja, tidak ada bedanya sama sekali," kata wapres.
Ia mengatakan, bencana di Banjarnegara bisa bermacam-macam akibatnya yaitu salah satunya masalah ekologi yang sudah harus diperbaiki. "Tanahnya di sana memang tipis," kata wapres.
Terkait kemungkinan akan ditetapkan sebagai bencana nasional, wapres mengatakan tidak ada ukurannya penetapan bencana nasional tapi yang pasti semua korban akan dibantu.
Wapres mengatakan bantuan dilakukan sesuai prosedur berlaku dan pasti dilakukan oleh pemerintah.
"Iya pasti dilaksanakan sesuai dengan biasanya, ini kan kita bukan satu kali menghadapi bencana," katanya.
UII Kirim Relawan ke Musibah Tanah Longsor Banjarnegara
YOGYAKARTA -- Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta mengirimkan relawan dari Mapala UII ke bencana tanah longsor di Desa Jemblung, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah.
Selain itu, juga mengirimkan relawan medis untuk menangani para korban. Demikian diungkapkan Ketua Mapala Unisi, Lulut Hening Prasetyo kepada wartawan di Yogyakarta, Senin (15/12).
Ada empat orang tim pendahulu yang diberangkatkan pada Ahad (14/12). Keempat orang ini ditugaskan untuk mencari data dan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait sebelum memberangkatkan potensi anggota yang ada.
"Data-data awal yang dicari seperti data kondisi lokasi, data kebutuhan medis, data kebutuhan logistik serta mencari posko/basecamp buat tim selanjutnya," kata Lulut.
Dikatakan Lulut, masalah pengungsi seperti data yang didapat dari tim pendahulu adalah kondisi posko pengungsian berjumlah 12 tempat dengan jumlah pengungsi mencapai 649 orang yang masih memprihatinkan.
Para pengungsi membutuhkan selimut, pakaian layak pakai, pembalut, obat-obatan dan keperluan untuk bayi.
"Namun yang paling dibutuhkan saat ini adalah kebutuhan medis. Sedang daerah paling parah berada di daerah Jemblung. Untuk hari Ahad (14/12) evakuasi masih dihentikan dikarenakan arah hujan yang masih labil," katanya.
Ditambahkan Lulut, berdasarkan data yang diperoleh tim pedahulu, keberangkatan tim kedua difokuskan ke masalah kebutuhan medis serta membantu dalam evakuasi. Tim ini diberangkatkan pada Senin (15/12) dari posko Mapala Unisi Jl Cik Ditiro No. 1 Yogyakarta oleh Rektor UII, Harsoyo.
"Tim yang berangkat berjumlah 15 orang, terdiri dari tujuh orang dari Mapala Unisi dan tujuh orang TBMM (Tim Bantuan Medis Mahasiswa) Fakultas Kedokteran UII beserta seorang dokter. Rencana oprasi akan kita lakukan selama 10 hari kedepan," ujarnya.
Sementara Dekan Fakultas Kedokteran UII, Linda Rosita, mengatakan selain TBMM dan dokter umum, FK UII juga menyiapkan dapur umum untuk keperluan relawan dari UII.
“Selain tim medis dan obat-obatan yang disediakan oleh FK UII untuk korban bencana di Banjarnegara, FK UII juga membuka dapur umum, guna mencukupi kebutuhan posko UII selama di lokasi bencana,” kata Linda.
Sumber : REPUBLIKA.CO.ID
0 Komentar