Cegah Penyebaran Penyakit Hewan ke Manusia, Pemerintah Sosialisasikan Zoonosis

 

Menurut Kepala Bagian Kesra Setda Wonosobo, Eko Suryantoro, kegiatan yang diikuti oleh Kepala Desa dan Kelurahan se Wonosobo serta Camat, Puskesmas, dan beberapa SKPD terkait ini, bertujuan untuk memperkenalkan jenis-jenis penyakit zoonosis beserta cara pencegahan dan penanggulannya. Zoonosis sendiri merupakan penyakit yang menular diantara hewan dan ke manusia.

Staf Ahli Bidang Pemerintahan  Kabupaten Wonosobo, Makmun Asmara, saat membuka kegiatan menyampaikan bahwa persoalan zoonosis berdampak pada kerugian sektor ekonomi, sosial dan kesehatan. Kondisi tersebut mengingatkan tentang masih besarnya tantangan untuk mencegah dan merespon cepat dampak dari wabah zoonosis.

Saat ini, para pakar sedunia sedang mengamati adanya peningkatan ancaman global dari berbagai wabah penyakit menular, terutama yang dikategorikan sebagai emerging infectious disease seperti nipah, ebola, dan west nile, yakni virus yang 70% diantaranya menular dari binatang ke manusia.

Mewabahnya zoonosis ditengarai antara lain sebagai dampak adanya  degradasi ekosistem, pemanasan global dan urbanisasi penduduk yang progresif. Pemicu utama wabah zoonosis lainnya adalah munculnya pertumbuhan yang cepat dari populasi manusia dan satwa, serta semakin mendekatnya kontak hewan domestik dengan satwa liar di pasar unggas tradisional dan produk-produknya yang menyebabkan insiden zoonosis meningkat. Selain, dengan adanya pola hidup yang tidak ramah lingkungan akan mempercepat terjadinya wabah zoonosis di daerah.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wabah zoonosis dapat berpotensi menyebar dan meluas antar negara dan antar kawasan regional yang disebut pandemi. Apabila pandemic zoonosis terjadi, maka berbagai kelumpuhan pelayanan publik akan merugikan masyarakat dan dunia usaha.

Untuk itu, pihaknya berharap adanya perhatian serius semua pihak, sehingga persoalan zoonosis bisa ditangani di Kabupaten Wonosobo, disamping koordinasi dan komunikasi dengan pihak terkait di semua tingkatan perlu dilakukan, sehingga pola-pola penanganannya bisa dilaksanakan secara sistematis dan terarah, ditambah saat ini di tingkat Kabupaten Wonosobo, telah dikeluarkan Peraturan Bupati Wonosobo yang mengatur pembentukaan Komisi Penanggulangan Zoonosis Kabupaten Wonosobo

Makmun juga mengingatkan, wabah flu burung pertama di indonesia yang sangat mematikan pada tahun 2003 dan tahun 2005, yang telah menyebabkan kerugian jiwa, merugikan sektor ekonomi dan mengganggu ketahanan gizi akibat berkurangnya protein hewani.

Berkaca dari peristiwa tersebut, diperlukan upaya pencegahan dan pengendalian secara lintas sektor yang terkoordinasi, serta komitmen semua pihak, yang merupakan kunci keberhasilan untuk mereduksi dampak wabah zoonosis.

Dalam kegiatan yang dimoderatori Asisten Administrasi Sekda tersebut, drh.Heri Kuswanto, yang tampil sebagai narasumber menyampaikan, ada beberapa penyakit pada hewan yang bersifat zoonosis, diantaranya anthrax dengan hewan terserang sapi, kambing, domba, babi dan burung onta. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri bacillus anthracis, yang bisa menyebabkan penyakit kulit jika menyerang manusia. Selanjutnya ada penyakit brucellosis atau keluron menular yang disebabkan bakteri brucella abortus dan menyerang hewan sapi dan kambing, dan jika mengenai manusia akan mengalami pembengkakan pada sendi lutut.

Penyakit lainnya adalah leptospirosis, yang menyerang hewan sapi, anjing, kerbau, babi dan tikus, dan jika menyerang manusia akan menyebabkan demam, nafsu makan turun, sesak nafas, loyo, selaput lender kekuningan, air kencing lebih pekat dan berwarna kuning. Zoonosis lainnya adalah salmonellosis, tuberculosis, orf, sistiserkosis, toxoplasmosis, scabies, ringworm, rabies dan avian influenza.

Heri menambahkan, saat ini permasalahan yang dihadapi terkait zoonosis di Wonosobo adalah kesadaran masyarakat yang masih rendah, anggaran bidang kesehatan hewan terbatas, dana kompensasi atau ganti rugi tidak sebanding dengan harga ternak dan jumlah tenaga di lapangan sangat terbatas.

Untuk kasus zoonosis sendiri, di Wonosobo yang ditemukan adalah kasus brucellosis sebanyak 1 kasus pada tahun 2011 dan 12 kasus pada tahun 2012. Tahun 2013 dan 2014 tidak ditemukan kasus ini.

Sementara narasumber lain, drh. Alif Nurchan, Kepala Seksi Obat Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah, menyampaikan di tataran pemerintah pusat, penguatan pengendalian zoonosis secara lintas sektor telah diantisipasi dan dilaksanakan berdasarkan Peraturan Presiden No 30 tahun 2011 tentang penanggulangan zoonosis. Regulasi tersebut bertujuan untuk mensinergikan dan mensinkronkan pelaksanaan strategi nasional yang terdiri dari 8 elemen pokok.

Di dalam peraturan presiden tersebut juga tercantum instruksi presiden agar tiap pemerintah daerah membangun komitmen yang kuat dan menjadi pemimpin dalam pencegahan dan pengendalian zoonosis secara lintas sektor.

Pemerintah bersama para pemangku kepentingan lain seperti dunia usaha, akademisi, organisasi profesi, didukung oleh masyarakat luas mempunyai kewajiban untuk membangun kapasitas dengan mengutamakan prinsip kemitraan strategis utamanya dengan pihak swasta (public private partnership) guna mencegah dan mereduksi dampak wabah zoonosis yang berpotensi mengganggu kehidupan dan penghidupan serta mengganggu pelayanan publik, sehingga diperlukan sebuah strategi koordinasi lintas sektoral, yang bisa membangun satu sistem kesehatan hewan, kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan satwa liar, dan ketahanan pangan (food security) serta keamanan pangan (food safety) dalam satu kesatuan sistem kesehatan (one health), sehingga proses penanganan kasus zoonosis di masyarakat bisa cepat, tepat dan akurat, yang pada akhirnya bisa menurunkan angka kesakitan penderita penyakit ini di Kabupaten Wonosobo.

Sedangkan Kepala Seksi Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo, Sudiman, menyampaikan, flu burung sangat rentan tertular pada peternak dan dokter atau mantra hewan, dan untuk pencegahan bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan memakai sabun dan air mengalir atau menggunakan pembersih tangan yang mengandung alkohol, menjaga kebersihan pernafasan dengan menutup mulut dan hidung dengan masker, tisu atau lengan baju saat batuk atau bersin serta menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Masyarakat diminta tidak panik dan berlebihan dengan flu burung karena penyebabnya adalah virus yang lemah dan mudah mati oleh panas, sinar matahari dan desinfektan seperti deterjen, untuk itu kepada masyarakat, khususnya peternak diminta untuk mengusahakan kebersihan kandang unggas dan menyemprotkan bahan-bahan desinfektan atau anti hama serta mencuci tangan dengan air sabun setelah kontak dengan unggas maupun produknya.

 

 

0 Komentar

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Kolom yang wajib diisi ditandai dengan tanda *