Kegiatan ini juga sebagai ungkapan rasa syukur, atas segala anugerah dan keselamatan yang diberikan Tuhan, sehingga Wonosobo bisa merayakan hari jadinya dalam suasana damai, sekaligus sebagai sarana untuk menyatukan persepsi bersama dalam rangka kepedulian terhadap kelestarian tradisi bangsa.

Dalang dalam pergelaran kali ini, lakon Durno Bandan dibawakan secara atraktif oleh Ki Seno Nugroho dari Bantul Yogyakarta dengan bintang tamu sinden Nyai Tumpuk asal Bejiarum Kertek dan duet pelawak Tumiji dan Memet dari Temanggung.

Durno Bandan sendiri merupakan lakon yang menjadi bagian dari serial Baratayuda, yang mengisahkan kematian Burisrawa oleh Setyaki dengan bantuan tak langsung Kresna dan Arjuna. Sebelumnya, pada awal lakon ini diceritakan tentang sumpah Arjuna, yang akan mati bunuh diri untuk belapati gugurnya Abimanyu, bila tidak dapat membunuh Jayadrata pada esok harinya.

Bupati Wonosobo, Kholiq Arif, berharap melalui gelaran wayang kulit kali ini, bisa menjadi momentum terciptanya pola pikir masyarakat yang mendasarkan pada upaya untuk kesejahteraan  rakyat, keadilan dan kejujuran dalam berusaha, serta hidup dalam suasana saling percaya sehingga bisa tercipta harmonisasi di tengah masyarakat Wonosobo.

Pergelaran wayang kali ini, juga diharapkan bisa menjadi momentum, upaya mewujudkan kelestarian seni budaya wayang kulit, khususnya di Kabupaten Wonosobo, melalui peningkatan kesadaran masyarakat, agar mereka bisa lebih mencintai kebudayaan adiluhung ini, untuk kemudian mampu menyerap intisari serta filosofi yang terkandung dalam setiap babad cerita pewayangan dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kegiatan yang dihadiri oleh Forum Koordinasi Pimpinan Daerah, Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah, Camat serta ditonton oleh ratusan masyarakat ini, Bupati Wonosobo menyerahkan wayang kepada dalang, sebagai simbol dimulainya pergelaran wayang, sembari berharap agar pentas ini bisa memberikan hiburan serta pesan edukasi bagi masyarakat Wonosobo.