Pasar Tradisonal Sumber Serangan Endemi DBD
Guna mencegah merebaknya DBD, Tim Publikasi Bagian Humas Setda Kabupaten Klaten, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK), terjun ke lapangan menggelar kegiatan penyuluhan.
Sasaran utama dalam kegiatan sosialisasi kali ini, sejumlah pasar tradisional. Pasar tradisional disambangi. Seperti, Pasar Ngupit Ngawen, Pasar Gentongan Gemblegan, Pasar Induk Klaten, Pasar Keden Pedan, Pasar Karangdowo, Pasar Tanjung Juwiring.
"Juga pasar tradisionao Delanggu, Pasar Kembang Kemalang, Pasar Puluhwatu Karangnongko dan Pasar Kraguman Jogonalan menjadi lokasi sasaran," kata Joko Priyono MSi, salah satu Tim Publikasi Bagian Humas Setda Klaten, Rabu (4/3).
Joko Priyono menambahkan, penyuluhan di pasar menjadi cara efektif membangun kesadaran masyarakat tentang kewaspadaan DB. Di pasar banyak kerumunan warga. Pedagang dan pengunjung pasar yang kebanyakan para ibu relatif jarang tersentuh penyuluhan.
"Tanpa mengurangi waktu dan aktifitas pedagang dalam mencari rezeki, dengan menyimak penyuluhan melalui mobil siaran publikasi, masyarakat bisa mendapat informasi tentang penyakit DBD," katanya.
Petugas juga menyebarkan pamflet informasi DB kepada pedagang yang bisa dibaca disela-sela berjual-beli.
Jika dipandang perlu, kata dia, sosialisasi DBD akan terus dilakukan. Maret sampai Mei adalah masa panca rubah dimana biasanya diikuti merebaknya DBD.
Masyarakat harus memahami ciri nyamuk aides agipty. Seperti, berbentuk loreng, menggigit di waktu pagi dan sore dan terbangnya cepat. Korban DBD biasanya mengalami panas tinggi tanpa sebab, bintik-bntik merah., dan diikuti mimisan serta muntah-muntah. Sehingga perlu segera penanganan medis.
Pemberantasan sarang nyamuk, menurut Joko Priyono, menjadi cara efektif mencegah DBD. Menguras, mengubur barang bekas dan menutup tempat penyimpanan air menjadi upaya yang harus dilakukan warga jika tidak ingin keluarganya terserang penyakait DBD yang belum ada obatnya ini.
Terendam Material Lumpur Pasir, Panen Padi Terancam Gagal
KLATEN -- Petani Dukuh Burikan, Desa Burukan, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, yang akan panen awal musim tanam ini kemungkinan bakal gigit jari. Soalnya, hamparan lahan pertanian direndam air akibat tanggul Sungai Gamping jebol.
Akibat hujan deras dalam beberapa pekan belakangan, tanggul Sungai Gamping ambrol. Bencana ini mengakibatkan petani terancam gagal panen karena tanaman padi busuk akibat tergenang air.
Salah seorang petani, Suparno (50), mengaku pasrah karena tidak bisa memanen padi miliknya. ''Harusnya pekan depan sudah bisa dipanen. Tapi, mau bagaimana lagi. Air dan material pasir campur lumpur menimbun lahan pertanian saya,'' ujar dia, Rabu (4/3).
Kepedihan serupa juga dirasakan petani lainnya, Suginem (56). Akibat jebolnya tanggul nonpermanen tersebut, Suginem mengaku rugi jutaan rupiah.
''Tentu saja rugi. Lha wong lahan yang saya gunakan, merupakan lahan sewa. Belum lagi dihitung dengan modal yang telah saya keluarkan selama musim tanam ini. Bangkrutlah,'' kata Suginem.
Kepala Desa (Kades) Burikan, Mariyadi, menyampaikan hujan deras tejadi di sebagian besar wilayah Klaten. Tak lama kemudian tanggul sungai Gamping jebol. Soalnya, debit air sungai terus bertambah melimpah. Sehingga tanggul tidak kuat menahan derasnya aliran air.
Sumber : REPUBLIKA.CO.ID
0 Komentar