Proses Evakuasi Korban Longsor Banjarnegara Dihentikan Sementara
"Sore ini hujan turun cukup deras di lokasi bencana longsor di Karangkorbar. Sehingga diputuskan pencarian dan penyelamatan korban dihentikan sementara," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, Sabtu (13/12).
Sampai saat ini, kata dia, tim gabungan yang terdiri dari Tim Reaksi Cepat BNPB, BPBD, TNI, Polri, Basarnas, Tagana, PMI, SKPD, relawan dan masyarakat telah menemukan 17 korban tewas, 11 korban luka berat, dan empat luka ringan. Sementara, 91 korban lainnya masih dalam pencarian.
Menurutnya, kondisi tanah di lokasi bencana saat ini masih labil. Debit sungai yang mengalir kencang di wilayah itu juga membawa lumpur.
Hujan yang turun deras dapat berpotensi memicu longsor susulan. Sementara, beberapa jalan masih tertutup longsor.
"Ada juga jalan dalam kondisi retak-retak dan berbahaya. Hal ini menyebabkan alat berat dan kendaraan yang dikerahkan untuk penanganan darurat terhambat," imbuhnya.
Ia menjelaskan, masyarakat datang berduyun-duyun menonton ke lokasi bencana. Sehingga menyebabkan jalanan macet dan mengganggu operasional kendaraan petugas.
Kepala BNPB, Syamsul Maarif yang berada di lokasi memberikan arahan penanganan darurat. Potensi nasional dari BNPB, TNI, Polri, Kemenkes, Basarnas, Kemensos, Kemen PU Pera dan lainnya sudah berada di lokasi memberikan bantuan.
Hujan Lebat Guyur Proses Evakuasi Korban Longsor Banjarnegara
SEMARANG -- Setelah sempat bersahabat, cuaca kembali memburuk di lokasi bencana tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara.
Akibatnya, proses evakuasi yang dilakukan Tim Reaksi Cepat (tim SAR Gabungan) dihentikan setelah hujan lebat kembali turun di lokasi.
Informasi yang dari Badan SAR Nasional Kantor SAR Semarang, upaya pencarian dan penyelamatan korban tanah longsor ini sementara dihentikan.
Sebab kondisi tanah kembali labil, debit air sungai bercampur lumpur kembali meningkat. Selain itu hujan juga berpotensi terhadap longsor susulan.
"Namun SAR gabungan telah mengevakuasi 17 korban tewas, 11 luka berat dan empat korban luka ringan," ungkap Humas Basarnas Kantor SAR Semarang, Aris Triyono, Sabtu (13/12).
Sementara itu, mobilitas di lokasi bencana ini juga terganggu oleh banyaknya masyarakat yang ingin melihat dari dekat lokasi bencana.
"Masyarakat yang berduyun-duyun untuk melihat lokasi bencana membuat jalan macet dan mengganggu mobilitas kendaraan petugas," tambahnya.
'Saya tak Tahu, Kenapa Longsornya tidak Ada Suara Gemuruh'
BANJARNEGARA -- Bencana longsor Gunung Tlogolele yang kemudian menimpa Dukuh Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkorbar, terjadi tiba-tiba.
Yanto (42 tahun), seorang warga Desa Sampang RT 1 RW 1 yang menyebutkan, bencana longsor tersebut tidak diserati dengan suara gemuruh yang biasa terjadi pada bencana longsor.
"Saya sendiri tidak tahu, kenapa tidak ada suara gemuruh. Biasanya, kalau terjadi longsor, biasanya terjadi suara gemuruh," katanya.
Hal ini karena pada dua hari sebelumnya, di sisi bukit lain di gunung yang sama, juga sempat terjadi longsor. "Tebing yang longsor saat itu, tidak sebesar sekarang. Tapi suara gemuruhnya, terdengar sampai jauh," katanya.
Kepala Desa Sampang, Slamet juga mengemukakan hal yang sama.
"Mungkin karena material yang longsor kebanyakan merupakan material tanah. Sehingga saat longsor tidak menimbulkan suara gemuruh. Berbeda pada longsor dua hari sebelumnya, saat itu material yang longsor membawa batu-batu besar," jelasnya.
Yang juga membedakan longsor kali ini dengan sebelumnya adalah angin kencang yang timbul. "Saat itu, desa kami seperti sedang terjadi angin puting beliung. Anginnya sangat kencang," jelas Slamet.
Karena kondisi ini, kebanyakan warga yang agak jauh dari Dusun Jemblung tidak mengetahui bila telah terjadi longsor luar biasa. "Kami hanya tahu, aliran listrik tiba-tiba mati. Setelah ada laporan warga, kami baru tahu telah terjadi longsor yang menimbun rumah 35 KK warga kami," jelas Slamet.
Sumber : REPUBLIKA.CO.ID
0 Komentar