Tangkal Budaya Hedon, Karakter Anak Harus Diperkuat
Pentingnya peningkatan kapasitas dan kreatifitas diri bagi para guru TK tersebut diungkapkan Ketua Yayasan Dian Dharma (YDD), Ny Wati Eko Sutrisno Wibowo, di depan 408 guru TK di bawah naungan YDD, yang mengikuti workshop pendidikan karakter dan optimalisasi gerak lagu anak, Senin (10/11). Dalam acara yang digelar Pengurus Daerah Yayasan Dian Dharma di Sasana Adipura Kencana tersebut, Wati mengungkapkan keprihatinan mendalam terkait kondisi dan situasi yang menimpa anak-anak akhir-akhir ini. Wati menilai bahwa lebih fasihnya anak-anak usia dini melagukan tembang-tembang orang dewasa, diiringi gerakan-gerakan yang belum waktunya dilakukan, tak lepas dari begitu gencarnya media televisi menyuguhkan tontonan kurang bermutu.
Selaku penyelenggara pendidikan bagi anak usia dini, Wati menegaskan bawha Dian Dharma merasa perlu memberikan pemahaman akan hal tersebut kepada para guru TK, khususnya yang bernaung di bawah YDD, agar ke depan anak-anak didik mereka memiliki karakter kuat, sehingga mudah terpengaruh budaya-budaya hedonis. Untuk keperluan workshop penguatan pendidikan karakter dan optimalisasi gerak lagu bagi anak TK tersebut, Wati mengaku sengaja menghadirkan dua narasumber kompeten, yaitu pengawas pendidikan SD, Nur Halimah Zuhriyah SPd, dan Dosen IKIP PGRI Semarang, Asef Umar Fahrudin.
Upaya YDD memberikan pendidikan karakter bagi para guru TK, dengan menghadirkan narasumber-narasumber kompeten tersebut diapresiasi Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Drs One Andang Wardoyo. Menurut Andang, saat ini para guru TK memang harus lebih memahami kondisi anak didik secara komprehensif. Para guru tak hanya dituntut memberi ilmu, melainkan perlu memberi contoh dan keteladanan secara nyata, agar bisa ditiru oleh anak didik. Keteladanan guru, dikatakan Andang justru merupakan kunci bagi keberhasilan mendidik anak-anak di usia dini, karena mereka memang cenderung untuk selalu berusaha meniru apa dan siapa saja yang dianggap dekat. Salah satu contoh keteladanan yang mudah diberikan kepada murid, menurut Andang adalah pola hidup sederhana. Dengan kesederhanaan yang dicontohkan gurunya, anak-anak didik akan lebih mudah menerapkan pola pikir sederhana pula.
Hal itu dikatakan Andang karena saat ini sebagian guru TK sudah merasakan hasil lebih dari sertifikasi. Diterimanya tunjangan sertifikasi tersebut, menurut Andang tidak justru digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif semata, tapi juga dapat dipergunakan sebagai penunjang kapasitas diri, seperti membeli perlengkapan pendukung mengajar, maupun mengikuti pelatihan-pelatihan yang bermanfaat bagi pengembangan diri dan kualitas kegiatan belajar mengajar bagi anak didik.
0 Komentar